Page 20 - Antologi Esai 81
P. 20

Malam Tirakatan, Tradisi Pemerkuat Kebersamaan,
                 Persatuan, Gotong Royong Dan Kebersamaan


                                     Oleh: Alifatul Qaidah



          Setiap tahun, pada tanggal 16 Agustus malam, atau sehari menjelang hari

     ulang tahun NKRI, sebuah tradisi sakral digelar di desa linggoasri. Malam itu,

     berbagai pemuka dan tokoh agama hadir untuk memanjatkan doa bersama-
     sama  kepada  Tuhan  yang  maha  esa,  mengingat  Linggoasri  adalah  desa

     dengan beberapa agama didalamnya. Berbagai lapisan masyarakatpun turut

     hadir untuk ikut serta. Acara ini mereka sebut sebagai malam tirakatan dan

     do’a bersama. Tradisi ini bukan hanya sekedar ritual keagamaan, tetapi juga

     merupakan  bentuk  nyata  dari  toleransi,  gotong  royong  dan  kebersamaan
     yang  sudah  mengakar  kuat  dalam  kehidupan  sehari-hari  warga  Desa

     Linggoasri. Hal ini menunjukkan bahwa agama bukan penghalang bagi mereka

     untuk  berkumpul  dan  berdoa  bersama  untuk  merayakan  nilai-nilai

     kebangsaan.

           Kehadiran  tokoh-tokoh  dari  berbagai  agama  ini    tidak  hanya
     menyempurnakan keutuhan acara, tetapi juga menunjukkan kepada khalayak

     bahwa  makna  Bhinneka  Tunggal  ika  itu  nyata.  Meskipun  terdapat  berbagai

     perbedaan,  semuanya  dapat  Bersatu  dalam  semangat  cinta  tanah  air  dan

     penghargaan  terhadap  kemerdekaan.  Hal  ini  sekaligus  menunjukkan  momen

     penyatuan  berbagai  keyakinan  dalam  semangat  kebangsaan.  Momen

     pemanjatan  do’a  sesuai  keyakinan  ini  dilakukan  secara  bergantian  dipimpin
     pemuka  agama  masing-masing.  Hal  ini  menimbulkan  suasana  sakral  yang

     sangat kental.

           Malam tirakatan ini merupakan acara yang besar. Oleh karena itu, acara ini

     juga membutuhkan persiapan. Persiapan ini melibatkan gotong royong seluruh

     lapisan  Masyarakat,  mulai  dari  dekorasi  tempat,  konsumsi,  sampai  susunan

     acara.  Aktivitas  ini  tidak  hanya  mempercepat  proses  persiapan  tetapi  juga
     memperkuat  rasa  persatuan  dan  tanggung  jawab  bersama.  Warga  desa

     memang  identik  dengan  gotong  royong  dan  Kerjasama  yang  masih  sangat

     kental. Namun luar biasanya, gotong royong dan Kerjasama ini dilakukan oleh

     Masyarakat  dari  agama  dan  latar  belakang  yang  berbeda-beda.  Contohnya

     seperti penganaan tumpeng yang berjumlah sebelas buah yang
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25