Page 16 - SMP_Legenda Condet
P. 16

kala itu. Seperti halnya dalam perang besar Nusantara
            di masa  itu, keberadaan  pemimpin  karismatik  sangat

            diperlukan. Keberadaan Pangeran Diponegoro di tengah
            pasukan sangat menentukan semangat dan keberanian

            anggota  pasukannya.  Hilangnya  pemimpin  karismatik
            dari  tengah  pasukan,  ibarat  hancurnya  gairah

            perjuangan.  Perlu  waktu  lama  untuk  mengembalikan
            semangat perlawanan, perlu pemimpin karismatik baru

            untuk menyatukan kembali pasukan yang tercerai-berai
            seakan  tanpa  panutan.  Itu  pula  yang  terjadi  dengan

            pasukan Pangeran Diponegoro, termasuk Naya Sentika
            dan kawan-kawan seperjuangan.

                 Dengan  tertangkapnya  Pangeran  Diponegoro
            di  Magelang, perang  besar  itu  pun  berhenti  dengan

            kemenangan  di  pihak  Belanda.  Sisa-sisa  pasukan
            Pangeran Diponegoro terus dikejar-kejar. Naya Sentika

            melarikan  diri  ke  wilayah  utara.  Dalam  pelariannya
            tersebut sampailah ia di Desa Bangsri. Di desa Bangsri

            ini  ia  bertemu  dengan  lurahnya  yang  bernama  Ki
            Toinah.  Naya  Sentika  memperkenalkan  dirinya  dan

            mengungkapkan         gagasan-gagasannya        sehubungan
            dengan  perjuangan  yang  pernah  dan  akan  terus

            dilakukannya.  Ternyata,  Ki  Lurah  Toinah  memiliki


                                         8
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21