Page 62 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 62
Ketika matahari telah agak condong ke barat, Alun-Alun
Utara telah penuh sesak dikerumuni para penonton. Kabar akan
terjadi perang tanding sore hari itu pun secara cepat tersebar
di lingkungan istana. Bende pun segera ditabuh pertanda acara
akan segera dimulai. Tak lama kemudian Layang Seta dan Layang
Kumitir memasuki arena dari arah yang berlawanan dengan
Damarwulan.
“He, Damarwulan orang kampung. Ayo hadapi aku Layang
Seta!”
“Adik Layang Seta, mengapa Adik dibutakan oleh nafsu
angkara? Mengapa yang bukan hakmu, kauakui sebagai hakmu?”
Damarwulan mencoba menasihati.
“Persetan dengan itu semua. Gara-gara kau berada di
kepatihan, hilanglah semua harapanku memperistri Ratu Kencana
Wungu! Layang Kumitir pasti juga akan kehilangan kesempatan
menggantikan kedudukan ayahanda patih.”
“Adik, bukan saya yang menghendaki, tapi Ratu Kencana
Wungu yang menghendaki.”
“Sampai mati pun, aku tidak percaya pada omonganmu.
Ingat aku tidak sudi menjadi iparmu meskipun kakakku
telah kauperistri! Hidup hanya numpang ayahanda patih saja
sombongnya sundul langit!”
Kepala Damarwulan mendidih mendengar hinaan iparnya
itu, “Layang Seta, mana mau Ratu Kencana Wungu bersuami
dirimu yang tidak punya sopan santun, tukang mabok, tukang
judi, tidak punya kecakapan apa-apa. Jarang mandi lagi! Hanya
hidup di balik ketiak ayahmu!”
“Persetan kau Damarwulan!” teriak Layang Seta sambil
menyambar kening Damarwulan. Untung Damarwulan telah
waspada. Dengan sedikit menarik kepala ke belakang, pukulan
itu dapat dihindari. Namun, serangan Layang Seta tidak hanya
berhenti sampai di situ.
57