Page 63 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 63

Tatkala serangannya selalu gagal, ia mengulangi serangannya
            sambil tertawa terbahak-bahak. Suara itu lama kelamaan seperti
            bersahutan memekakkan telinga.

                  Damarwulan  membiarkan suara tawa itu, tetapi lama
            kelamaan  konsentrasinya terpecah  menjadi dua. Damarwulan
            baru menyadari hal itu ketika kaki Layang Seta telah mengenai
            punggungnya.  “Plak  ...!”  Damarwulan  hampir saja  terjerembab.
            Namun, dalam waktu  yang sesaat, ia telah menguasai dirinya.
            Tahu-tahu  tangan  kanannya telah mengurai ikat  pinggang  dan
            sesaat kemudian terdengar ledakan cambuk berulang-ulang. “Tar
            … tar … tar …!” suara cambuk itu memburu layang Seta bergerak.
            Bunyi cambuk itu  mampu  menghentikan  suara  tertawa  Layang
            Seta yang telah membuat telinga para penonton kesakitan.
                  Cambuk  yang dipegang Damarwulan  kadang lembek
            bagaikan benang basah, tetapi kadang mengeras bagaikan pedang
            yang siap merobek perut lawan. Bahkan, cambuk itu pun dapat
            menari-nari di atas kepala Layang Seta sebelum akhirnya meledak
            persis di dekat telinganya. Meskipun telah lama mempermainkan
            cambuknya, Damarwulan tidak mau membunuh Layang Seta. Ia
            hanya bermaksud memberi pelajaran kepada iparnya agar bersifat
            kesatria dan mau mengaku kesalahannya.
                  Layang Kumitir tidak rela melihat kakaknya dipermainkan
            seperti itu. Karena itu, ia meloncat sambil berteriak, “Ciat …,” tahu-
            tahu Layang Kumitir telah bergabung dengan kakaknya.




















                                         58
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68