Page 60 - 1201-SMP-Menak-Jingga-Sj-Fiks
P. 60
“Kakang …, prajurit Majapahit telah meninggalkan tempat
itu. Dua orang kakak beradik yang memerintahkannya.”
“Pasti Layang Seta dan Layang Kumitir,” Damarwulan
membatin dalam hati, “Bagaimana dengan mayat Menak Jingga?”
tanya Damarwulan.
“Dibawa serta, Tuan,” jawab Wong Agung Marsorah.
“Seta dan Kumitir pasti akan menjual nama di hadapan
sang Ratu Kencana Wungu.“ Tiba-tiba Sabdapalon menyela
pembicaraan. “Kita kejar saja mereka sekarang, Tuan,” lanjut
Sabdapalon berapi-api.
“Tidak perlu, Paman. Biarkan Seta dan Kumitir
menghadap Ratu Kencana Wungu. Bahkan, jika dia mengaku
berhasil membunuh Menak Jingga pun, saya rela, Paman. Saya
yakin kebenaran pasti akan terungkap,” jawab Damarwulan
menyejukkan hati Sabdapalon.
“Saya yakin dinda Ratu Kencana Wungu tidak akan mudah
memercayai keterangan Layang Seta dan Layang Kumitir,” Menak
Koncar yang sejak tadi diam pun akhirnya ikut berbicara.
“Betul, Tuan. Saya bersedia menyertai Tuan menghadap
Ratu Kencana Wungu sebagai tahanan perang dan saksi atas
kematian Menak Jingga,” kata Baudenda sambil mempersilakan
Damarwulan mengikat kedua tangannya.
“Kakang Baudenda, Kakang Walikrama, Paman Carangwaspa,
dan Paman Sabdapalon, kita tidak perlu khawatir meskipun tubuh
Menak Jingga telah dibawa Layang Seta dan Layang Kumitir.”
“Baik, Tuan.”
“Saya masih memiliki bukti yang cukup untuk meyakinkan
Ratu Kencana Wungu bahwa sayalah yang membunuh Menak
Jingga, bukan Layang Seta dan Layang Kumitir,” kata Damarwulan
meyakinkan.
55