Page 228 - 5f871381b4cd9c6426e115cd17c3ac43
P. 228
204 | Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia 2014
Sumber: Permentan 2011
Gambar 112. Jumlah organisme pengganggu tumbuhan karantina yang termasuk
kategori A1 dan A2
Austroeupatorium inulifolium, Bartlettina sordida, diintroduksikan selama puluhan tahun, tetap
Brugmansia suaveolens, Cestrum aurantiacum, tidak menjadi invasif.
dan Passiflora suberosa (Gambar 113) meru- Kajian mikrob invasif belum banyak
pakan jenis-jenis tumbuhan invasif di TN dilakukan dibandingkan dengan invasif
Gunung Gede Pangrango, yang berdasarkan tumbuhan dan hewan. Invasi mikrob oleh
analisis besarnya Indeks Nilai Kepentingan bakteri, jamur, dan virus terjadi di seluruh
perlu diwaspadai (Uji et al. 2010). Dengan dunia, namun pendeteksiannya lebih sulit
demikian, cukup dipahami apabila Water- dibandingkan organisme tingkat tinggi lain-
house (2003) mengingatkan pentingnya pe- nya. Mikrob invasif memiliki potensi penting
ngenalan terhadap bahaya tumbuhan gulma dalam mengubah sosial ekonomi masyarakat
yang berpotensi menjadi tumbuhan invasif di melalui proses perubahan-perubahan fungsi
berbagai daerah, contohnya Chimonobambusa keanekaragaman ekosistem, baik ekosistem
quadrangularis yang diintroduksi ke Kebun terestrial maupun perairan. Umumnya
Raya Cibodas sebagai tanaman hias tanpa mikrob invasif bersifat patogen terhadap
disengaja sekarang sudah menjadi invasif organisme lainnya.
di TN Gede Pangrango (Widjaja kom.prib.).
Namun demikian, tidak semua jenis asing bisa Ada sebanyak 14 jenis fungi yang
menjadi invasif, misalnya mahoni (Swietenia memengaruhi kondisi kesehatan hewan (ku-
mahagoni) atau jati (Tectona grandis) yang telah cing, anjing, domba, babi, ayam, rodensia,