Page 262 - 5f871381b4cd9c6426e115cd17c3ac43
P. 262

238 |  Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia 2014

                     terjadi karena kedua jenis tersebut dapat     cochinchinensis, Pycnonotus melanicterus,
                     hidup di kawasan pertanian. Kegemaran         Dicrurus annectans, Dicrurus hottentottus
                     masyarakat memelihara burung diduga juga      dan  Dicrurus paradiseus  serta  pemakan
                     menjadi penyebab utama terjadinya eks-        madu antara lain  Anthreptes   malacensis,
                     ploitasi burung dari alam secara berlebihan.    Nectarinia  calcostetha, Aethopyga  siparaja,
                                                                     Aethopyga  mystacalis, Aethopyga  temminckii,
                         Jenis burung lainnya, yaitu merpati
                     pemakan buah, Treron oxyura, T. vernans,        Arachnothera longirostra, Arachnothera robusta,
                     T. sphenura, T. Curvirostra serta Ptilinopus   dan  Prionochilus thoracicus.
                       melanospila, menjadi langka karena terputus-    Penebangan pohon bernilai ekonomis
                     nya ketersediaan pakan. Berbagai tumbuhan     secara berlebihan akan menyebabkan ru-
                     hutan telah diganti dengan buah-buahan        saknya eksositem yang pada akhirnya
                     budi daya manusia. Hal demikian terjadi juga   menyebabkan hilangnya keanekaragaman
                     pada berbagai burung pemakan serangga,        hayati, termasuk di dalamnya adalah jenis-
                     antara lain Megalaima lineata, M.  javensis, M.   jenis endemik. Pada Gambar 122 ditampilkan
                     corvina, Celeus brachyurus,  Dinopium javanense,   contoh hilangnya jenis endemik di Sulawesi
                     Dendrocopos macei, Meiglyptes tristis,  Chloropsis   Selatan karena perubahan fungsi hutan dan


                       Perdagangan tumbuhan dan satwa liar secara langsung telah menekan jumlah populasi di alam
                       sehingga tidak sedikit jenis yang terancam punah. Dalam rangka mengontrol arus perdagangan
                       antarnegara terhadap tumbuhan dan satwa liar, 180 negara yang mengadopsi konvensi Convention on
                       Internasional Trade of Endangered Species of Fauna and Flora (CITES) sepakat untuk saling memantau jenis
                       yang diperdagangkan. Dalam konvensi, semua tumbuhan dan satwa liar yang dapat diperdagangkan
                       antarnegara dikategorikan ke dalam Apendiks I, II & III.
                       Appendiks I adalah kelompok tumbuhan dan satwa liar yang tidak dapat diperdagangkan sehingga
                       hanya hasil penangkaran atau budi daya yang boleh diperdagangkan.

                       Appendiks II adalah kelompok tumbuhan dan satwa liar yang belum terancam secara langsung oleh
                       adanya perdagangan sehingga harus dikontrol melalui penetapan kuota.
                       Appendiks III adalah kelompok tumbuhan dan satwa liar yang dilarang diperdagangkan atas per-
                       mintaan satu negara anggota dan terbatas hanya untuk asal negara pengaju tersebut.





































                            Sumber: Puslit Biologi-LIPI 2014, in prep
                            Gambar 122. Peta jenis endemik di Sulawesi Selatan
   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267