Page 29 - Buku Digital (HAKI)_Neat.
P. 29

Perjuangan Bung Tomo dalam Pertempuran Su     rabaya


                            Bung Tomo selaku pimpinan Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI)

                     memiliki  pendapat yang  sama  dengan rakyat  Surabaya untuk melakukan  perlawanan
                     kepada  pihak  Inggri  dan  sekutunya.  Oleh  karena  itu,  rakyat  harus  bersatu  untuk

                     mencegah  pengembaliannya  kekuasaan  koloni  oleh  Inggris  dan  sekutunya.  Hal  ini
                     dikarenakan bahwa sebelum kekuasaan Jepang di Indonesia, bangsa Indonesia dijajah

                     oleh  Belanda.  Kekalahan  Jepang  pada  peristiwa  perang  dunia  kedua,  secara  tidak

                     langsung  maka  akan  menyerahkan  kedaulatan  Indonesia  kepada  negara-negara  yang
                     memenangkan  perang,  salah  satunya  yaitu  Belanda.  Disisi  lain  pemerintah  pusat

                     Indonesia lebih  memfokuskan jalan  diplomasi untuk mengatasi  permasalahan  dengan
                     penjajah, sehingga membuat posisi Indonesia semakin lemah. Hal inilah yang nantinya

                     dimanfaatkan oleh Belanda untuk menguasai kembali bangsa Indonesia.

                            Ultimatum yang dikeluarkan Inggris, akhirnya menghapus perbedaan pendapat
                     antara  pemerintah  pusat  yang  ada  di  Jakarta  dengan  pemerintah  daerah  yang  ada  di

                     Surabaya. Hal tersebut dikarenakan adanya pertempuran yang terjadi di bulan Oktober
                     yang mengakibatkan pemerintah daerah Surabaya tidak percaya lagi akan adanya upaya

                     diplomasi  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  pusat.  Oleh  karena  itu  pemerintah  pusat
                     menyerahkan  sepenuhnya  kepada  pemerintah  daerah  Surabaya  untuk  mengatasi

                     permasalahan ultimatum yang dikeluarkan oleh Inggris. Akhirnya kemudian sore hari

                     tanggal 9 November 1945 diadakan perundingan yang dilaksanakan di Jalan Pregolan 4
                     untuk berkoordinasi dalam menghadapi ultimatum Inggris, yang dihadiri oleh sore hari

                     tanggal 9 November 1945 staf gabungan pertahanan rakyat yang terdiri dari Sungkono
                     selaku ketua Barisan Keamanan Rakyat (BKR), Zarkasi selaku wakil kesatuan Polisi

                     Istimewa,  Asmuin  dan  Ruslan  selaku  wakil  Barisan  Pemberontak  Rakyat  Indonesia
                     (BPRI), Bambang Kaslan selaku wakil Pemuda Republik Indonesia (PRI), Tasripin dan

                     Kunkijadi selaku wakil Barisan Buruh Indonesia (BBI),  dan beberapa perwakilan dari

                     Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
                            Hasil perundingan tersebut kemudian menetapkan Sungkono sebagai komandan

                     pertahanan di Surabaya, yang nantinya bertugas untuk membagi dan menentukan garis

                     pertahanan,  sektor  pertahanan,  dan  komandan  sektor  pertahanan.  Kemudian  terkait
                     dengan  garis  pertahanan  disepakati  sebagai  berikut:  garis  pertahanan  pertama  di

                     sepanjang Pasar Babakan, garis kedua di wilayah sekitar Viaduct, dan garis ketiga di
                     Wonokromo. Selanjutnya diadakan pembagian sektor pertahan yang terdiri dari: Sektor

                     Tengah yang dibagi lagi menjadi tengah bagian barat dan tengah bagian timur, Sektor
                     Barat dan Sektor Timur (Kasdi, 1986: 254).


                                                                                                       21
                                                                          Buku Sejarah Indonesia Kelas XI
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34