Page 172 - Alohomora - Smandel XII IPS 1
P. 172

SORAI



                                    Wiwin Nuraini S.


                 “Mungkin akhirnya tak jadi satu, namun bersorai pernah bertemu”

                 Riuh  ruang  kelas  disekolah  yang  besarnya  tak  sebesar  lapangan  bola
           pada umumnya itu membuat mataku menjadi sedikit terpancing untuk melihat
           sekelilingku  setelah  hampir  setengah  jam  menunduk.  Namaku  masih  tak
           kunjung  di  panggil,  aku  masih  ingin  memperhitungkan  kenapa  kakekku
           memberiku nama  dengan awalan huruf  “W”, namun  untuk  memperdebatkan
           hal itu aku perlu ke Tempat Pemakaman Umum dekat rumah nenekku untuk
           bertanya kepadanya.

                 “Winara  Nemaera  es…s…eess..se…Seayuli”  panggil  seorang  guru
           yang wajahnya masih asing bagiku. Aku bangun dari dudukku yang membuat
           kesemutan  lalu  berjalan  kedepan.Aku  melangkah  sembari  melihat  setiap
           jejeran kursi di kelas itu, menatap setiap wajah baru bersama orang yang lebih
           dewasa  duduk  didekat  mereka  sambil  menenteng  berlembar-lembar
           kertas.“…apakah  salah  dari mereka akan menjadi  tempat  ceritaku tiga tahun
           kedepan?”  batinku.    Langkahku  terhenti, rupanya  aku  sudah  berada  didepan
           meja  sang  guru  asing  yang  memanggilku  barusan.  “Duduk”  pintahnya.  Aku
           hanya  mengikuti  arahan  darinya  dan  menjawab  berbagai  macam  pertanyaan
           darinya  yang  sudah  diajarkan  ayahku  bagaimana  cara  untuk  menjawabnya.
           Tanpa perlu banyak frasa membingungkan yang perlu ku lontarkan  agar bisa
           menjawab  semua  tanyanya,  rupanya  guru  itu  sudah  selesai  dalam
           pendataannya.
                 “Sudah boleh pulang nak” ucapnya sambil melontarkan sedikit senyum
           tipis
                 “Baik, terima kasih buk” jawabku sambil mencium tangannya

                 Tanpa  banyak  melihat-lihat  lagi,  aku  segera  melangkahkan  kakiku
           menuju  pintu  keluar  ruangan  tersebut.Rupanya  suasana  di  sekolah  kecil  itu
           sangat bising, para orang tua sibuk mengurus berkas masing-masing, beberapa
           siswa-siswi bernostalgia dan kegirangan bertemu dengan teman SMP mereka
           yang  sangat  jarang  bertemu  sebab  terhalang  covid  kemarin.Aku  mencoba
           memincingkan  mata,  mencari-cari  adakah  yang  sekiranya  ku  kenal  disini.
           Namun  sepertinya  selang  3  menit  aku  mencari,  tak  ada  satupun  orang  yang
           dapat ku kenali.Aku langsung bergegas keluar ke pintu gerbang dan masuk ke
           mobil, menemui ayahku yang tak ikut menemaniku untuk masuk  ke sekolah
           asing itu.

           160
   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177