Page 33 - Teaching Factory Pada Sekolah Menengah Kejuruan - La Resi
P. 33

Teknologi  menurut  Heidegger  menjadi  rasional  tidak  melalui
                  penerapan sebuah teori atau lebih spesifik mathematical physical science.1
                  Keterciptaan  teknologi  atau  lebih  khusus  mesin  adalah  berdasarkan
                  eksperimentasi yang merupakan suatu praksis. Dari pandangan Heidegger
                  ini dapat kita ketahui bagaimana pada awalnya teknologi tidak dikategorikan
                  sebagai ilmu pengetahuan. Penggunaan instrumen dalam ilmu, misalnya,
                  menempatkan  teknologi  secara  ontologis  sebagai  standing  reserve.2
                  Sebagai  standing  reserve,  teknologilah  yang  menurutnya  menjadi
                  prakondisi dari ilmu. Dari sini Heidegger kemudian membalikkan pemikiran
                  tentang ilmu yang menjadi prakondisi dari teknologi.

                         Keutamaan  teknologi  sebagaimana  dirumuskan  Heidegger
                  dielaborasi oleh Don Ihde. Ihde dikenal sebagai filsuf yang memperkenalkan
                  fenomenologi  ke dunia filsafat  di Amerika.  Ia banyak  menulis  tema-tema
                  filsafat  sains,  teknologi  dan  hermeneutika.  Ihde  menuliskan  filsafat
                  teknologinya dari perspektif fenomenologi. Filsafat teknologi Ihde memiliki
                  kekhasan yang membahas teknologi dalam kapasitasnya untuk menggapai
                  pengetahuan.  Teknologi  direfleksikan  tidak  hanya  pada  makna
                  instrumentalnya  untuk  mengatasi  persoalan  praktis  dalam  kehidupan
                  sebagaimana  para  filsuf  teknologi  lainnya.  Ia  mengategorikan  filsafat
                  teknologinya   ke   dalam    apa    yang    kemudian    dikenal   dengan
                  pascafenomenologi.  Pasca  fenomenologi  berawal  dari  peralihan  konsep
                  subjek  Husserlian  yang  berpusat  pada  ego  transendental  menjadi  tubuh
                  eksistensial.  Menurut  Ihde,  tak  ada  ego  transendental  atau  subjek  yang
                  bersifat metafisis sebagaimana tersebut dalam filsafat Husserl. Pemikiran
                  ini  berpijak  dari  fenomenologi  persepsi  Maurice  Merleau-Ponty  dan
                  terutama argumen Ihde tentang ketidakmungkinan subjek Cartesian melalui
                  metafora camera obscura.

                         Pembahasan  utama  pasca  fenomenologi  selain  kesadaran
                  menubuh adalah mediasi teknologis. Intensionalitas dijelaskan tidak hanya
                  menyangkut kapasitas motorik tubuh dengan segala potensi inderawinya,

                                                                                         25
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38