Page 171 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 171

Semoga hari ini berjalan tenang, tak ada  tamu penting
            atau kesibukan ekstra lainnya. Setelah semalaman terjaga, aku

            tak butuh ketegangan lain yang bisa menguras energi.

                                           ***

                    “Pagi, Mas! Bubur ayam nih! Doyan, kan?”

                    “Oh!  Terima kasih, Pak!” Aku tak sempat membungkuk

            atau bereaksi semestinya karena perhatianku tersita oleh kurir
            pengantar surat.

                    Dalam hati aku merutuk saat memindahkan bungkusan itu
            ke rak di bawah mejaku. Apa bubur ayam ini masih enak dimakan

            siang nanti? Selama ini setiap laki-laki bagus membawakanku
            sarapan, aku baru bisa memakannya saat makan siang.

                    Namun kenapa bungkusan ini terasa berat? Sebetulnya
            berapa porsi bubur yang dia belikan untukku? Tanganku bergerak

            mengurai ikatan tas plastik di pangkuanku hingga terbuka dan
            sedetik kemudian spontan kututup kembali. Kukembalikan
            bungkusan itu ke dalam rak sambil gemetaran.

                    Susah payah kuatur roman mukaku supaya terlihat wajar.

            Namun dadaku bergemuruh hingga napasku mendengus-
            dengus. Sikapku bisa jadi siap bersiaga memantau area di bawah
            pengawasanku. Namun pikiranku terlanjur terikat bersama
            bungkusan bubur ayam tadi. Amplop yang sempat kulihat tadi
            cukup tebal. Tak mungkin hanya satu juta rupiah di dalamnya.





                                               Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”  159
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176