Page 30 - MAJALAH TUNAS 1-2020
P. 30

KABAR GTK
                                               KAB  AR G TK

                                                                          Dr. Iwan Syahril, Ph.D
                                                                 "Sejak Kecil Bercita-cita
                                                                        Menjadi Guru"



                                                                   UN di Kota Padang, 43 silam.  Tampak
                                                                   bocah dua  tahun  tengah asyik mengikuti
                                                             N“pembelajaran” di kelas. Ia memang terbiasa
                                                              masuk kelas tak ubahnya siswa kelas Bahasa Inggris
                                                              yang gurunya tak lain adalah ayahnya Syahril Kasim,
                                                              yang juga pendiri Kursus Bahasa Inggris di Padang
                                                              tersebut. Syahril Kasim juga dosen Universitas
                                                              Andalas Padang.
                                                                 Sekira 41  tahun kemudian, sang bocah kecil
                                                              itu kini tengah menapaki jabatan penting: Direktur
                                                              Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK).
                                                              Ya, dialah Dr. Iwan Syahril, Ph.D, putra pasangan
                                                              Syahril Kasim dan Syafrida, yang keduanya berdarah
                                                              Minang. Iwan Syaril dilantik Menteri Pendidikan dan
                                                              Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim sebagai
                                                              Dirjen GTK, pada 8 Mei 2020.
                                                                 “Saya  kalau  ditanya  anak  saya,  atau  keluarga,
           Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd                      apa pekerjaan ayah? Saya selalu menjawab guru.
                                                              Dari awal saya memang memilih jadi guru. Ketika
                                                              kuliah sarjana dulu, saya kan  termasuk anggota
           DARI LPPKS KE SESDITJEN                            Himasaju, Himpunan  Mahasiswa Salah Jurusan,”
                                                              kata Pak Dirjen, saat berbincang santai pada salah
              Ibu Sesditjen bukanlah orang baru di lingkungan   satu webinar, Mei 2020 lalu.
           Kemendikbud. Sejak 2017, Prof. Nunuk menjabat Kepala
                                                                 Iwan Syahril muda memang menamatkan
           LPPKS. LPPKS merupakan unit kerja di bawah Ditjen GTK
                                                              sarjannya pada Jurusan Hubungan Internasional
           yang sekarang berubah nomenklaturnya menjadi Lembaga
                                                              di Universitas Padjadjaran Bandung, sekitar kurun
           Pengembangan dan Pemberdayaaan Kepala Sekolah dan
                                                              1995-1998. Ia tidak kuliah di jurusan kependidikan.
           Pengawas Sekolah. Ketika didirikan pada 2 Februari 2009,
                                                              Semasa kuliah, ia sudah mengajar sebagai guru
           LPPKS di bawah Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan
                                                              honor.
           Tenaga Kependidikan. Nunuk adalah kepala LPPKS  yang
           kedua, setelah sebelumnya dijabat Prof. Dr. Siswandari,   Pilihan jurusan HI karena memang dilarang
           M.Stat. (2009-2017).                               sang ayah  menjadi  guru. Bayangan  profesi guru
                                                              tidak bergengsi dan  tidak mendapat dukungan
              Jika Pak Dirjen menganut filosofi jembatan, Prof. Nunuk
           terkesan  dengan  filosofi  kopi.  Menurutnya,  ada  pesan   dari keluarga menjadikan Iwan memilih kuliah
           mendalam dalam secangkir kopi. Pertama, kopi itu warnanya   non-kependidikan.  Tapi  tak  bisa  dimungkiri,  sejak
           hitam. Meski hitam, kopi banyak dicari pecintanya. Dari   kanaknya  Iwan  amat  mengagumi  sosok  ayahnya
           sisi mengandung pesan bahwa fisik tidak menjamin, yang   sebagai pengajar.
           terpenting memiliki kompetensi sehingga banyak orang   Setamat sarjana pada  tahun 1998, Iwan
           yang akan mencari.                                 memantapkan langkah dan kiprahnya di dunia
                                                              pendidikan. “Saya kemudian secara sadar memilih
              Kedua, kopi tidak menyembunyikan rasa. Meski sudah
           ditambahi gula, namun tetap ada pahitnya. “Artinya ketika   menjadi guru. Pilihan ini lebih dari hati dan jiwa.
           kita sedang gembira, juga harus siap-siap jika suatu saat   Saya merasakan kebahagiaan  dan kebermaknaan
           ada pahitnya. Kopi itu pahit dan bisa manis. Artinya hidup   hidup ketika berkecimpung di dunia pendidikan.
           itu soal persepsi saja. Kalau menjalaninya dengan manis,   Pendidikan adalah passion saya,” katanya.
           maka akan bahagia dan selalu bersyukur di dalamnya.   Iwan juga pernah menjadi guru bantu di  WL
           Namun kalau selalu mengeluh, maka berat menjalaninya,”   McLeod  Elementary  School  di  Vanderhoof,  British
           kata Guru Besar Pendidikan Sejarah FKIP UNS ini seperti   Columbia di Kanada sebagai bagian dari program
           dikutip timlo.net.                                Pertukaran Pemuda Indonesia Kanada (PPIK) di
                                                              tahun  1996.  Sembari  mengajar,  ia  meneruskan
                                                              studi di Program Pasca Sarjana Pendidikan Bahasa
                                                              Inggris, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
                                            DIPO HANDOKO
                                                              hingga tamat pada 2005.


       30
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35