Page 100 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 100

serta  menceritakan  tokoh  lainnya.  Misalnya,  Laila  bercerita  tentang  rencananya

                        bertemu dengan Sihar di Central Park, New York. Namun pengarang menuliskan
                        cerita Laila melalui sudut pandang orang ketiga.

                             Ayu  Utami  dalam  bercerita  menggunakan  majas  penegasan,  hiperbola,

                        pertentangan,  paradox,  interupsi,  perbandingan,  dan  personefikasi.  Ayu
                        menggunakan  semua  gaya  bahasa  ini  dari  awal  hingga  akhir.  Misalnya,  majas

                        personefikasi banyak digunakan dalam menggambarkan suasana hati Laila, Saman,
                        dan  Shakuntala.  Dalam  hal  ini,  tone  yang  digunakan  Ayu  lebih  kepada  bahasa

                        istilah asing seperti kata highlight, chestnut, oil service, head office, run tool, lumen

                        de  lumine,  company  man.  Atau  istilah  kedaerahn  seperti  lele  lela  ledhung,  dan
                        lainnya (1998, 1-197).

                             Simbolisme  memiliki  kesejajaran  dengan  tema.  Simbol-simbol  yang
                        kerapkali muncul pada alur cerita novel Saman adalah pemikiran yang sejalan di

                        antara  keempat  tokoh  perempuan  seperti  Laila,  Shakuntala,  Yasmin,  dan  Cok.
                        Dalam  hal  ini,  pengarang  menghadirkan  pengungkapan-pengungkapan  kalimat

                        dalam sudut pandang perempuan tentang seksualitas laki-laki. Simbol-simbol itu

                        seperti memunculkan suatu hegemoni perempuan atas seksualitas laki-laki yang
                        dilakukan  oleh  Laila,  Shakuntala,  Yasmin,  dan  Cok  melalui  bahasa  mereka.

                        Misalnya  kalimat  yang  diungkapkan  Laila  tentang  Sihar  pada  teks  …  Bulan
                        keempat saya menyadari, dia memang menahan diri. Entah untuk alas an apa.

                        Mungkin  menjaga  perasaan  diri.  Dia  pernah  berkata,  pertemuan  dengan  saya

                        hanya  akan  menyisakan  ngilu  karena  menyimpan  sesuatu  yang  mestinya
                        dikeluarkan. Mungkin nafsu (1998, hlm. 6).

                             Berdasarkan ironi dramatis, pengarang memberikan penilaian terhadap para
                        tokoh dalam Saman bahwa dalam kehidupan tidak ada manusia yang sempurna.

                        Pengarang menyiratkannya kepada pembaca bahwa di dalam diri manusia ada sisi

                        gelap yang bersifat kasat mata jika belum dikuak atau terkuak. Bisa jadi, keenam
                        tokoh di atas dalam pandangan masyarakat dapat dinilai sebagai individu-individu

                        yang menjalani kehidupannya dengan citra yang positif. Namun dibalik semua yang
                        ditampilkannya itu terdapat sisi gelap yang tak pernah diketahui oleh masyarakat.







                                                                                                     94
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105