Page 196 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 196
Maryam adalah tokoh utama dalam novel ini. Citra diri tokoh Maryam
menurut Satoto (1994, hlm. 45) dapat direpresentasikan berdasarkan aspek psikis,
fisik, dan sosial. Maryam adalah seorang perempuan yang besar di sebuah desa
kecil di Lombok yang bernama Gegerung. Maryam ketika bekuliah di PTN di
Surabaya sempat membina hubungan dengan lelaki bernama Gamal atas dasar
perjodohan sesama jemaah Ahmadiyah di Surabaya sebagaimana pada teks berikut.
Seiring usai pengajian seperti ini, orangtua-orang tua itu menggoda yang
muda-muda, menjodohkan mereka satu sama lain. Mengatakan si ini cocok
dengan si itu, yang ini serasi mukanya dengan yang itu. Ada yang berhenti
sebatas ocehan-ocehan kosong, ada yang kemudian berjodoh, bepacaran
sebentar, lalu benar-benar sampai ke pelaminan. … (Madasari, 2012, hlm.
23)
Maryam juga sempat bekerja sebagai karyawati bank ternama di Jakarta, kemudian
keluar dari pekerjaannya yang disebabkan suatu perceraian bersama lelaki yang
bernama Alam sebagaimana pada teks berikut.
Sepenuh hati Maryam datang ke pengadilan agama meminta perceraian. Tak
butuh waktu terlalu lama, dua minggu saja, permohonannya dikabulkan.
Alam melepasnya begitu saja, mertuanya ikut melancarkan segala urusan.
Menjadi saksi yang menunjukkan perpisahan inilah yang terbaik untuk
keduanya (Madasri, 2012, hlm. 15).
Setelah menjanda, Maryam menikah lagi dengan Umar. Seorang lelaki dari
keluarga Ahmadiyah walaupun pernikahannya diawali oleh usaha perjodohan dari
kedua orang tua mereka, walaupun awalnya Maryam sempat kurang merasa cocok
dengan upaya perjodohan tersebut sebagaimana pada teks berikut ini.
Maryam mulai bisa menebak arah pembicaraan. Ia kembali yakin
kedatangan Umar bukan sekedar kunjungan silaturahmi. Orang tuanya dan
orang tua Umar telah merancang perjodohan, melanjutkan dulu yang tak jadi
diwujudkan. Maryam enggan dijodoh-jodohkan seperti ini. Tapi ia tak punya
alasan berkata tidak, juga tak mampu menolak dan menyalahkan ibunya,
(Madasari, 2012, hlm. 150).
Sejak kecil Maryam memiliki karakter yang sederhana, beprestasi, mandiri,
modern, bermoral, rendah hati, santun, idealis, dan humanis, namun Maryam juga
memiliki sifat yang emosional dan bejiwa pemberontak.Menurut citra diri
190