Page 30 - BAHAYA GHIBAH
P. 30
Bencana Ghibah
Kedua : Minta bantuan untuk mengubah kemungkaran dan
mengembalikan pelaku kemaksiatan kepada kebenaran. Maka
dia (boleh) berkata kepada orang yang diharapkan
kemampuannya bisa menghilangkan kemungkaran : “Si fulan
telah berbuat demikian, maka hentikanlah dia dari perbuatannya
itu” dan yang selainnya. Dan hendaknya tujuannya adalah
sebagai sarana untuk menghilangkan kemungkaran, jika niatnya
tidak demikian maka hal ini adalah harom.
Ketiga : Meminta fatwa : Misalnya dia berkata kepada seorang
mufti : “Bapakku telah berbuat dzolim padaku, atau saudaraku,
atau suamiku, atau si fulan telah mendzolimiku, apakah dia
mendapatkan hukuman ini?, dan bagaimanakah jalan keluar dari
hal ini, agar hakku bisa aku peroleh dan terhindar dari
kedzoliman?”, dan yang semisalnya. Tetapi yang yang lebih
hati-hati dan lebih baik adalah hendaknya dia berkata (kepada si
mufti) : “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang atau
seorang suami yang telah melakukan demikian ..?”. Maka
dengan cara ini tujuan bisa diperoleh tanpa harus menyebutkan
orang tertentu, namun menyebutkan orang tertentupun boleh
sebagaimana dalam hadits Hindun.
boleh karena bertentangan dengan ayat Al-Hujurot 12 dan hadits-hadits yang shohih
yang jelas melarang ghibah. Karena ghibah hanya dibolehkan jika dalam dhorurot.
(Bahjatun Nadzirin 3/36,37)
29