Page 304 - RBDCNeat
P. 304
5. Diterima di Universitas Islam Negeri
(UIN) Bandung
ku harus menunggu waktu lumayan lama dari
pelaksanaan ujian hingga pengumuman kelulusan.
AAku terus memohon yang terbaik untukku karena
hanya Allah yang tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya.
Selama dalam penantian, aku berusaha meyakinkan diri
ini bahwa aku berhak dan pantas untuk diterima menjadi
mahasiswi UIN.
“Neng, enggak papa kalau Enneng tidak diterima di UIN
juga. Mungkin bukan rezeki Enneng untuk diterima di UIN.” Ibu
berusaha membesarkan hatiku agar tidak down kalau tidak
lulus di UIN. Padahal aku sendiri sudah siap kalau seandainya
aku tidak lulus karena aku sadar ini sebuah kompetisi yang
harus siap ada yang menang dan ada yang kalah. Tidak
mungkin dalam suatu kompetisi semuanya manang. Kalau
seperti itu, UIN tidak perlu mengadakan ujian masuk dan
tinggal menerima semua pendaftar menjadi mahasiswanya.
Meski siap kalah, aku tetap yakin kalau aku bisa diterima
di UIN. Aku selalu ingat dengan perkataan Kang Badri, “Yang
penting tanamkan dulu keyakinan dalam diri kita bahwa ‘KITA
BISA’. Kalau yakin, insya Allah, Allah pun akan membantu diri
kita. Kalau kita sendiri tidak yakin, bagaimana Allah akan
membantu kita karena ketidakyakinan kita akan pertolongan
Allah. Satu hal yang tidak kalah penting, kita harus bisa
‘MEMANTASKAN DIRI’ bahwa kita layak menjadi orang yang
ditolong oleh Allah.”
268 | Roda Berputar dalam Cahaya