Page 75 - RBDCNeat
P. 75
gelo.” Aku langsung menjawabnya, “Eta tah, anu pemegeut.” 26
25
Uwa menyusul orang yang sudah menghinaku, mengikuti
perintah nenek. Tak lama Uwa kembali dan mengaku tidak
menemukan orang itu. “Neng, saha nami na anu atos ngahina
27
Eneng?” tanya Uwa
“Eneng teu terang, Wa. Taroskeun weh ka A’ Oni, da A’ Oni
28
mah terangen nami na.”
Tapi A’ Oni seperti pura-pura tidak tahu. Mungkin A’ Oni
takut Mamanya akan rMamat dengan anak itu. “Neng, ulah
29
wawartos nya ka Mama, tadi Eneng aya nu ngahina.” ujar
nenek pelan.
Aku hanya bisa menganggukkan kepala. Aku tahu, nenek
hanya tidak mau membuat Mama sedih dan membatalkan
kepergiannya ke Arab Saudi.
Esoknya, Mama bersiap-siap untuk berangkat ke Jakarta.
Sedih sekali rasanya hati ini saat harus melepas kepergian
Mama. Melihat Mama pergi sambil membawa tas besar,
seperti ada kekosongan yang tiba-tiba menyelimuti dada ini.
Kulepas kepergian Mama dengan air mata yang membanjiri
pipi. Walau nenek sudah berusaha menenangkanku, aku tetap
tidak bisa menahan tangis. Sedih sekali ya Allah, tapi Mama
tak mengubah keputusannya.
25
Neng, mana orang yang sudah menghina Eneng? Nanti kita marahi orangnya,
seenaknya aja menyebut orang gila.
26
Itu, yang laki-laki.
27
Neng, siapa nama orang yang menghina Eneng?
28
Eneng tidak tahu, Wa. Tanyakan saja ke A Oni, soalnya A Oni itu tahu namanya
29
Neng, jangan bilang-bilang ya ke Mama, tadi Eneng ada yang menghina
Roda Berputar dalam Cahaya | 39