Page 145 - Buku SKI XII MA
P. 145

Nafi  setelah  berhasil  menaklukkan  Maroko  dan  memasuki  Sahara,  serta  negeri-

                     negeri Tikrur dan Ghana. Uqbah bin Nafi dan tentara Islam sampai di perbatasan
                     Mauritania  pada  tahun  60  H/679  M  untuk  menyebarkan  agama  Islam  di  sana.

                     Kemudian usaha penyebaran Islam dilanjutkan oleh Musa bin Nusair pada tahun 89
                     H/708 M.

                           Sebelum Islam datang, Mauritania telah memiliki peradaban-peradaban yang

                     dipengaruhi oleh Barat Laut Afrika. Karena itu, kehidupan mereka dipengaruhi oleh
                     peradaban Lembah Nil dan peradaban Barcah. Dalam sejarahnya kemudian negeri

                     ini diperintah oleh orang-orang Venecia, Romawi, dan Windal berikut orang-orang
                     Byzantium.

                           Islam  berkembang  di  Mauritania  dapat  ditelusuri  dari  pemerintahan

                     yangbercorak  kerajaan  Islam.  Nama  Mauritania  sendiri  berarti  "negeri  kaum
                     muslimin"  sebagaimana  disebutkan  oleh  Bangsa  Eropa  dan  Spanyol.  Negeri  ini

                     secara berturut-turut dikuasai pemerintahan al-Murabitun, al-Muwahhidun, dan Bani
                     Hasyimiyah  yang  mendirikan  emirat-emirat  Tararazah  dan  Baraqinah  sepanjang

                     abad ke-15 H/17 M. Lalu, Perancis menguasai wilayah ini pada tahun 1714 M dan
                     secara resmi menjajah pada tahun 1338 H/1920 M.

                           Perancis  menjajah  Mauritania  hingga  tahun  1378  H/1958,  pada  tahun  itulah

                     Mauritania secara resmi memproklamasikan kemerdekaaannya. Presiden pertamanya
                     adalah Mukhtar Ould Daddah. Selanjutnya terjadi sengketa wilayah Gurun Sahara

                     Barat  antara  Maroko,  Mauritania,  dan  Aljazair,  setelah  wilayah  itu  merdeka  dari
                     Spanyol.

                           Pada  masa  kepemimpinannya,  terjadi  kudeta  oleh  militer,  yakni  pada  tahun

                     1978  M  dengan  membentuk  Comite  Militaire  de  Salut  National  (CMRN)  sebuah
                     Komite Militer untuk Pembebasan Nasional di Mauritania. Sejak tahun 1980 hingga

                     1984  M,  Kolonel  Khaunah  bin  Haidalah  berkuasa  sebagai  presiden  menggantikan
                     Mukhtar.  Namun,  ia  juga  dikudeta  oleh  militer  di  bawah  pimpinan  Kolonel

                     Muawidin  Sayyidi  Ahmad  Tayyi,  sebagai  presiden  negeri  ini  pada  tahun  1404

                     H/1984  M.  Dia  terpilih  kembali  pada  tahun  1413  H/1992  M  sebagai  presiden  di
                     Mauritania.















                                                       SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS XII    133
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150