Page 123 - Buku SKI XI MA
P. 123

perawi  hadis.  Oleh  karena  itu,  pada  nama  depan  Jamaluddin  Al-Afghani  diberi

                        tambahan Sayyid.
                               Al-Afghani melanjutkan belajar ke India selama satu tahun. Di India Afghani

                        menekuni  sejumlah  ilmu  pengetahuan  melalui  metode  modern.  Didorong
                        keyakinannya,  Al-Afghani  melanglang  buana  ke  berbagai  negara.  Dari  India,  Al-

                        Afghani  melanjutkan  perjalanan  ke  Mekkah  untuk  menunaikan  ibadah  haji.
                        Sepulangnya  ke  Kabul  Al-Afghani  diminta  penguasa  Afghanistan  Pangeran  Dost

                        Muhammad Khan, untuk membantunya. Tahun 1864, Al-Afghani diangkat menjadi

                        penasehat Shir Ali Khan, dan beberapa tahun kemudian diangkat menjadi Perdana
                        Menteri oleh Muhammad A’zam Khan. Namun karena campur tangan Inggris, Al-

                        Afghani  akhirnya  meninggalkan  Kabul  ke  Mekkah.  Inggris  menilai  Al-Afghani

                        sebagai  tokoh  berbahaya  karena  ide-ide  pembaruannya,  oleh  karenanya  pihak
                        Inggris terus mengawasinya.

                    3.  Muhammad Abduh (1849 – 1905 M)
                               Muhammad  Abduh  lahir  di  pedusunan  delta  Nil  Mesir  pada  tahun  1849.

                        Keluarganya terkenal berpegang teguh kepada ilmu dan agama. Dalam usia 12 tahun
                        Muhammad Abduh telah hafal al-Qur’an. Kemudian, pada usia 13 tahun ia dibawa

                        ke Tanta untuk belajar di Masjid Al-Hamdi. Masjid ini sering disebut Masjid Syeikh

                        Ahmad,  yang  kedudukannya  dianggap  sebagai  level  kedua  setelah  Al-Azhar.Di
                        masjid ini Muhammad Abduh menghapal dan belajar al-Qur’an selama 2 tahun.

                               Pada saat Muhammad Abduh berumur 16 tahun, tepatnya pada tahun 1865,
                        Muhammad  Abduh  menikah  dan  bekerja  sebagai  petani.  Namun  hal  itu  hanya

                        berlangsung  selama  40  hari,  karena  kemudiania  pergi  ke  Tanta  untuk  belajar
                        kembali. Pamannya, seorang Syekh (guru spiritual) Darwisy Khadr seorang  ulama

                        shufi  dari  Tarekat    Syadzili  telah  membangkitkan  kembali  semangat  belajar  dan

                        antusiasme Abduh terhadap ilmu dan agama.
                               Syeikh  ini  mengajarkan  kepadanya  disiplin  etika  dan  moral  serta  praktek

                        kezuhudan  tarekat  nya.  Meski  Muhammad  Abduh  tidak  lama  bersama  Syeikh

                        Darwisy,  sepanjang  hidupnya  Muhammad  Abduh  tetap  tertarik  kepada  kehidupan
                        ruhaniah tasawuf. Namun kemudian dia jadi kritis terhadap banyak bentuk lahiriah

                        dan ajaran tasawuf, dan karena kemudian dia memasuki kehidupan Jamaluddin Al-
                        Afghani yang karismatis itu.

                               Tahun 1866 Muhammad Abduh meninggalkan isteri dan keluarganya menuju
                        Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Tiga tahun setelah Muhammad Abduh di Al-Azhar,






                                                           SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS XI 109
   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128