Page 11 - CERPEN_GURU_NELLY_SDN WONOKUSUMO IV
P. 11
Restoran Grazie. Naka putraku menjelaskan bahwa ini adalah salah satu restoran masakan
italia yang terkenal di ibukota ini. Putraku bercerita bahwa restoran ini didirikan oleh
seorang chef perempuan Indonesia yang belajar kuliner hingga ke Italia dan luar biasanya
chef tersebut adalah seorang penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus. Sontak
jantungku berdegup dan penasaran siapakah chef itu. Entah kenapa aku jadi ingat Starla.
Putraku pun melihat gelagat kekagetanku dan rasa penasaranku.
“Bunda kenapa? kok kaget begitu”, tanya Naka anakku.
“Bunda ingat siswa ABK Bunda bernama Starla, dia dulu juga jago masak, sering
memberi bunda hasil masakannya, dia juga pernah membuatkan bunda kue kering khas
italia, macaroon. Jangan-jangan…”, jawabku penuh penasaran.
“Naka, bunda penasaran sekali dengan pemilik restoran ini, coba nanti kita
tanyakan ke pelayannya” sahutku sambil segera menghabiskan spaghetti yang menurutku
rasanya khas dan lezat sekali.
Setelah selesai makan, kami pun menuju kasir kembali demi menanyakan siapa
sebenarnya pemilik restoran ini. Petugas kasir tersebut kemudian menjelaskan bahwa
pemilik restoran ini adalah seorang chef perempuan berasal dari kota Surabaya dan
seorang penyandang disabilitas. Rasa penasaranku makin besar, langsung saja
kutanyakan kepada petugas kasir tersebut karena rasa tidak sabar.
“Namanya siapa, boleh lihat fotonya?”
Selorohku seakan mendesak petugas kasir ini. Naka terheran-heran melihat
bundanya yang begitu antusias menuntaskan rasa penasarannya, aku pun hanya
tersenyum melihat putraku.
“Oh tentu saja boleh Bu, kebetulan ada di HP saya”, jawab petugas kasir tersebut
dengan sopan dan ramah. Petugas kasir tersebut menuju ruang belakang untuk mengambil
HP nya dan kemudian memperlihatkan foto pemilik restoran ini.
“Ini foto Chef Starla, pemilik restoran ini” ujar petugas kasir sambil
memperlihatkan foto yang ada di HPnya.
“Subhanallah, benar dugaan saya, ini murid saya dahulu mbak saat dia masih
duduk di bangku SD di Surabaya” jawabku masih dengan jantung berdebar melihat sosok
perempuan dengan mata sipit berwajah mongoloid namun terlihat lebih cantik dengan
8