Page 5 - PERTEMUAN 6(2)
P. 5
BAB II
KEBERAGAMAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT
MATERI PERTEMUAN 6
A. MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN PERSATUAN
1. Perdamaian dan Persatuan dalam Hidup Masyarakat
Kasus perang antar-suku di Papua, hanyalah salah satu contoh kasus konflik
antarmasyarakat, antaretnis, antaragama, di Indonesia. Hal itu tidak perlu terjadi apabila
masyarakat menjunjung nilai-nilai persaudaraan, sesuai yang diajarkan oleh setiap agama
dan budaya di Indonesia.
Kemajemukan atau keanekaragaman (suku/etnis, agama, budaya, dll) masyarakat
Indonesia, dapat menimbulkan kerawanan akan konflik. Masalah yang sepele yang terjadi
antardua orang yang kebetulan berbeda agama dapat memicu konflik antarsuku atau
antaragama. Tetapi dalam bangsa majemuk seperti Indonesia, sebenarnya juga terdapat
potensi yang luar biasa. Ketika kebudayaan dari berbagai suku dikelola dengan baik akan
menghasilkan khasanah budaya bangsa yang luar
biasa. Ketika semua umat beragama dapat hidup berdampingan dengan semangat
toleransi yang tinggi, tentu akan menghasilkan kehidupan yang indah, saling
memberdayakan dan saling menghormati dalam kehidupan yang demokratis.
Kata kunci dalam mengelola konflik (conflict management) adalah bagaimana kita hidup
berdampingan dalam keanekaragaman tetapi tetap memiliki semangat persatuan;
dalam kerangka NKRI. Selama kita memiliki semangat Bhinneka Tunggal Ika, dalam
menghadapi konflik akan tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan,
musyawarah mufakat dalam bentuk komunikasi dialogis serta menjauhkan diri dari
fanatisme sempit dan kekerasan. Konflik itu sendiri akan tetap muncul setiap saat, tetapi
kita perlu memiliki konsensus untuk menyelesaikan dalam koridor persatuan bangsa.
Untuk itu Pancasila yang telah disepakati sebagai dasar negara dan way of life harus
kita jadikan alat pemersatu bangsa.
Mengenai hal ini M. Dawam Rahardjo (2010) menyatakan bahwa konsep NKRI hanya
dapat dipertahankan kalau kita tetap berpegang teguh pada semangat Bhinneka
Tunggal Ika, sehingga kemajemukan masyarakat Indonesia bukan merupakan
ancaman,melainkan justru merupakan kekuatan dan ssumber dinamika.
Alasan terjadinya pertikaian dan perang adalah:
a. Fanatisme agama dan suku,yang biasanya disebabkan oleh kepicikan dan perasaan
bahwa dirinya terancam.
b. Sikap arogansi/angkuh: selalu saja ada suku bangsa yang merasa diri kuat dan
dapat bertindak secara sepihak dan sewenang-wenang. Misalnya,AS mersa dirinya
adalah polisi bagi dunia.
c. Keserakahan: banyak pertikaian dan peran g berlatar belakang ekonomi karena ingin
merebut harta karun tertentu.
d. Merebut kemrdekaan dan mempertahankan hak: kadang-kadang perang terpaksa
dilaksanakan untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak.
Akibat pertikaian dan perang:
a. Kehancuran secara jasmani dan fisik: perang menyebabkan sekian banyak orang
mati,sekian banyak sarana prasarana hancur,sekian ekologi punah.
b. Kehancuran secara rohani: dalam perang dapat terjadi segala kejahatan
terhadap kemanusiaan. Perang menyisakan trauma dan luka perkosaan terhadap
martabat dan peradaban manusia.
5