Page 7 - Tomanurun
P. 7
Tomanurun
Pemuda itu tertegun. Ia menyaksikan buah semangka,
jeruk, tomat, pohon bayam, pohon cabai, dan lainnya hancur
dan berserakan di atas tanah. Seolah-olah segerombolan
hewan liar baru saja berpesta semalam suntuk di tempat itu.
“Ini sudah keterlaluan!” batinnya kesal. Wajahnya
berkerut tanda tidak senang. Tanpa disadarinya tangannya
terkepal. Sudah habis kesabarannya menghadapi ulah si
perusak ini. Beberapa minggu yang lalu ia berkali-kali
mendapati kebunnya diganggu, tetapi tidak separah ini. Ia
menduga mungkin seseorang telah memasuki kebunnya dan
mencuri buah-buahan yang telah masak. Saat itu ia hanya
mempertinggi dan mengunci pagar untuk menghindari
kejadian yang sama. Akan tetapi, ulah si pengganggu semakin
menjadi.
“Ini tidak bisa dibiarkan lagi,” batinnya. “Huh, aku harus
segera bertindak!” pikir pemuda itu dengan geram. Ia segera
memunguti sisa-sisa kekacauan itu. lalu menuju pondok
kecil yang terletak di tengah kebun. Di sana, ia duduk sambil
berpikir keras menyusun rencana.
1