Page 9 - Raja Rokan
P. 9
Hampir setiap hari Sutan Seri Alam berada di persabungan
ayam bersama pengasuhnya yang bernama Bujong Tuo.
Ketika sedang bercengkerama dengan putra-putrinya di
taman sari, Putri Sangka Bulan bertanya kepada abdinya. “Sejak
tadi aku tidak melihat anak sulungku, ke mana dia?”
“Ampuni hamba, Sutan Seri Alam tadi hamba lihat bersama
Bujong Tuo, “ demikian jawab abdinya.
“Dia menyabung ayam lagi? Apa jadinya kerajaan ini kelak jika
calon rajanya setiap hari pekerjaannya hanya menyabung ayam!”
Demikian ucap sang Putri dengan wajah muram. Keindahan
taman sari yang dipenuhi beraneka macam bunga tidak mampu
menghibur hatinya. Bunga angsoka yang indah warnanya,
kemuning yang harum baunya, menur putih yang bercahaya, dan
mawar yang semerbak tidak mampu menghibur hati sang Putri.
Putri Sangka Bulan menengadahkan wajahnya ke langit.
Ia menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipinya.
Kesedihan itu seolah ingin disimpannya sendiri. Para inang
pengasuh dan keenam putra-putrinya tertunduk sedih. Percikan
air kolam yang disebabkan loncatan ikan menyadarkan lamunan
sang Putri. Sambil menghela napas, Putri Sangka Bulan berkata
kepada keenam putra-putrinya.
“Anak-Anakku yang kusayangi, kita cukupkan pertemuan hari
ini. Istirahatlah Anak-Anakku, sudah cukup lama kita berbincang-
bincang. Langit di luar mendung, pertanda hujan sebentar lagi
akan turun.”
Keenam putra-putrinya lalu meninggalkan taman sari.
Suasana sedih tampaknya hanya terjadi di taman sari.
Di persabungan ayam, Sutan Seri Alam bersorak girang
bersama pengasuhnya, “Hore, hop, hore, ayo! Ayo terjang, ayo
hantam ayam kampung itu!”
2