Page 12 - Raja Rokan
P. 12
“Ampun, Tuan Muda. Memang, banyak orang cerdik cendekia
yang akan mendampingi Paduka kelak. Akan tetapi, menurut
hemat hamba, alangkah baiknya jika Tuan Muda menguasai tata
cara pemerintahan. Tuan Muda akan lebih berwibawa di mata
rakyat,” jawab Sutan Pamuncak.
“Sekarang apa yang harus saya lakukan?” tanya Sutan Seri
Alam agak kesal.
Ia berpikir bahwa ibu dan gurunya sangat cerewet dan kolot.
“Tuan adalah ahli waris Kerajaan Pagaruyung. Hamba
berharap Tuan sudi mengurangi kesenangan mengadu ayam dan
meluangkan waktu untuk belajar,” jawab Sutan Pamuncak.
“Tanpa mengurangi maksud baik Paman, pembicaraan kita
lanjutkan besok pagi saja. Aku sudah mengantuk,” jawab putra
mahkota.
Dengan menyesal, Sutan Pamuncak memohon diri kepada
putra mahkota.“Selamat malam, Tuan, selamat tidur.”
Dalam tidurnya, putra mahkota gelisah. Ia juga sering teringat
bahwa ibunya tidak suka kepadanya.
“Engkau harus memahami hak dan kewajibanmu. Ibu
berpikir adikmu pun berhak menjadi raja. Ia tampak lebih pantas
menggantikanmu!” Demikianlah seru ibunya.
“Memang, aku tidak tahu adat. Aku muak dengan segala
peraturan di istana yang kuno itu. Aku memang anak sulung,
ahli waris kerajaan di negeri Pagaruyung. Tapi, Ibu sudah tidak
mengharapkan aku lagi.” Demikianlah gumam Sutan Seri Alam.
5