Page 15 - Putri nibung di Sarang Lanun
P. 15
“Jika saja masih ada ayah dan ibu, tentu hidupku
tidak akan sesepi dan sesunyi ini.”
Malam sudah semakin larut meninggalkan
kesunyian. Bujang Limpu masih duduk bergeming dari
tempatnya semula. Sementara itu, si Keling telah lelap
tertidur meninggalkan suara dengkuran. Meskipun
demikian, kedua telinga si Keling tampak bergerak
sesekali seperti menangkap suara tertentu.
Sejak malam itu, Bujang Limpu selalu gusar. Ia
terus berpikir untuk segera keluar dari hutan yang sepi
itu. Ia tahu hutan ini dikelilingi oleh lautan yang amat
luas. Meskipun pandai berenang, mustahil rasanya
untuk mengarungi lautan tersebut.
“Lautan ini amat luas. Mustahil bagiku untuk
mengarunginya,” gumam Bujang Limpu.
Hampir seminggu Bujang Limpu berdiam diri dan
termenung. Semua tempat ia kunjungi untuk merenung,
mulai dari tangga, balai-balai, bawah pohon, tepi sungai,
hingga pantai. Suatu hari, ketika tengah asyik melamun
di bawah sebatang pohon yang rindang daunnya, Bujang
Limpu tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi didatangi
oleh seorang wanita berparas cantik jelita. Wanita
tersebut mengenakan pakaian yang sangat bagus
seperti baju seorang putri dari negeri bunian.
“Bangunlah pemuda tampan!” seru sang Putri.
3