Page 36 - Modul Guru Fasilitator
P. 36

Penggunaan machine learning juga dilakukan untuk deteksi dini  cyberbullying melalui jejaring social

               media remaja (Angelis and Perasso, 2020).
                    Program terkait dengan kekerasan fisik dan mental di Eropa melalui aplikasi “Dat-e Adolescence”

               terbukti mengurangi intimidasi seksual, kemudian melalui permainan“Serious games” dimana permainan
               ini berhasil membuat pemainnya menciptakan strategi untuk menanggulangi cyberbullying. Sehingga si

               pemain menciptakan kesadaran, empati dan strategi baru untuk mengintimidasi (Muñoz-Fernández et
               al.,  2019).  Jika  di  bandingkan  di  Indonesia  hanya  ada  beberapa  model  yang  digunakan  untuk

               pencegahan kasus bullying seperti peningkatan self-esteem (8), design thinking (Calvo-Morata et al.,

               2020), edukasi, poster, games (Yamin et al., 2018), buku saku bimbingan konseling (Pratiwi and Sahono,
               2019), program nasional pencegahan perundungan (Roots) secara daring hanya sebatas kampanye anti

               perundungan  (Yubilia  Keysinaya,  2022).  Program  ini  hanya  sebatas  SMP  dan  SMA  yang
               pelaksanaannya difasilitasi oleh Unicef dan Yayasan Peduli Indonesia (Yubilia Keysinaya, 2022). Peneliti

               juga mengembangkan program yang sebelumnya telah didanai dan sudah selesai tahap ujicoba dalam

               bentuk aplikasi SIAP (Sistem informasi anti perundungan), dimana penelitian ini menjadi  databased
               siswa di Buleleng untuk pelaporan dan pengklasifikasian siswa (Megaputri et al., 2023). Sistem ini baru

               diterapkan di Buleleng saja, sedangkan Kabupaten lain belum, sehingga pelaksanaannya secara global
               bahkan  di  Indonesia  khususnya  Bali  pengembangan  aplikasi  yang  dapat  mendeteksi  jenis

               bullying dan upaya pencegahan menggunakan kearifan local, seperti kearifan local satua Bali

               berbasis Tat Twam Asi belum dilaksanakan. Tat Twam Asi adalah filosofi Hindu Bali yaitu artinya
               Aku Adalah Kamu atau sebaliknya. Sehingga perundungan yang terjadi akan mengikis filosifi ini.

                   Perilaku bully terdiri dari pelaku dan korban dari tindakan tersebut. Namun seorang pelaku  bully
               merupakan  seorang  korban  bully  yang  melakukan  intimidasi  dengan  riwayat  yang  didapatkan

               sebelumnya (Megaputri et al., 2021). Faktor lainnya sebagai pencetus adanya indikasi bullying adalah
               factor sekolah, masyarakat, teman, keluarga, individu dan media (Yusmansyah and Mayasari, 2018),

               (Nugroho, Handoyo and Hendriani, 2020), (Kusnandar, 2021). Apalagi Kabupaten Jembrana merupakan

               salah satu Kabupaten dengan percampuran budaya, ras agama yang sangat jauh berbeda sehingga
               sangat  mudah  terjadinya  kasus  perundungan/bully.  Kejadian  pembunuhan  karena  adanya  kasus

               penindasan sebelumnya juga pernah terjadi di Bali. Sampai saat ini belum ada alat atau aplikasi yang
               dapat membantu jumlah pelaporan kasus bullying sehingga sulit dalam penanganannya.

                   Bapak/Ibu bisa menggunakan modul agen perubahan perubahan perilaku yang didalamnya terdapat
               beberap hal meliputi

                         a.  Pengenalan Program (Modul 1)

                         b.  Mengenal identitias dan kesadaran kelompok (modul 2)


               32 | M O D U L   A G E N   P E R U B A H A N   P E R I L A K U   M E N G G U N A K A N   M E D I A
               A N I M A S I   S A T U A   B A L I
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41