Page 53 - Ebook - Peneguhan Pdt Henny
P. 53
Satu talenta sama dengan 6000 dinar. Pada masa itu upah buruh
harian adalah 1 dinar per hari. Itu berarti harta yang dipercayakan
kepada hamba ketiga setara dengan upah 6000 hari kerja. Dalam
seminggu buruh hanya bekerja selama 6 hari. Berarti sama dengan
1000 minggu atau kira-kira 19 tahun kerja. Jadi itu bukan jumlah yang
kecil. Banyak hal bisa dilakukan dengan jumlah sebesar itu.
Alasan yang dikemukakan oleh hamba ketiga justru dikaitkan
secara langsung dengan sang tuan. Hamba itu mengatakan bahwa
tuannya adalah orang kejam yang menuai di tempat di mana tuannya
tidak menabur dan memungut di tempat di mana tuannya tidak
menanam. Apakah sang tuan adalah perampok? Sama sekali tidak.
Tuannya adalah orang yang sangat kaya. Dan pastilah ia memiliki
banyak budak untuk menggarap tanahnya. Maka memang benar sang
tuan tidak pernah menanam dan menabur sendiri. Yang menuai dan
memungut hasil panen juga bukan sang tuan sendiri, melainkan para
hamba atau budaknya. Sedangkan istilah “kejam” yang disematkan
kepada tuannya hanyalah bentuk pembenaran diri atas apa yang
dilakukannya, yaitu mengubur talenta itu. Upaya pembenaran diri
tersebut malah menjadi bumerang. Karena justru kalau sudah tahu
tuannya kejam sang hamba harus benar-benar bekerja dengan sebaik-
baiknya supaya bisa memberikan keuntungan kepada tuannya itu.
Dengan demikian ia akan terluput dari kemarahan tuannya.
Pdt. Henny Yulianti sudah mutasi dari GKI Purworejo ke GKI
Beringin, Semarang. Dari kota kecil dan jemaat kecil ke kota besar dan
jemaat besar. Tema peneguhannya adalah God’s Little Pencil (pensil
kecil milik kepunyaan Allah). Nampaknya Pdt. Henny Yulianti
menghayati dirinya hanyalah sebuah pensil kecil di tangan Allah.
Tentu saja ini merupakan sebuah kerendahan hati yang akan
membuatnya makin bersyukur. Karena sekalipun ia hanyalah alat kecil
dan sederhana, namun Allah berkenan memakainya. Dengan demikian
kita semua berharap ia akan bekerja dengan sepenuh hati dan dengan
pengabdian yang sungguh-sungguh untuk mengerjakan setiap
pekerjaan Allah yang dipercayakan kepadanya.
Namun tema itu juga bisa menjadi alasan bahwa karena saya cuma
pensil kecil jadi apa yang saya kerjakan ya ala kadarnya saja.
Kemudian itu menjadi alasan pembenaran untuk tidak
mengembangkan kemampuan diri. Lalu pelayananpun dilakukan
secara seadanya saja. “Lha wong saya cuma pensil kecil kok”. Tapi saya
percaya Pdt. Henny Yulianti yang saya kenal tidak demikian. Dan
mudah-mudahan pula tidak akan demikian.
God’s Little Pencil 51

