Page 55 - Ebook - Peneguhan Pdt Henny
P. 55
Pesan dari Pdt. Em. Ronny N.
“JADILAH KUTU YANG SADAR DIRI”
Ada dua ekor kutu indekost, alias numpang hidup di kepala seekor
gajah jantan yang bertubuh besar. Tentu saja kedua ekor kutu itu tidak
membayar ongkos sewa kepada sang gajah.
Suatu hari gajah itu, so pasti beserta dua ekor kutu yang numpang
di kepalanya, melakukan perjalanan. Mereka tiba di sebuah jembatan
kayu. Gajah itu berhenti sebentar. Dia menimbang-nimbang apakah
jembatan itu bisa menahan berat badannya atau tidak.
Dua ekor kutu di kepala gajah berdiskusi (hmm ternyata bukan
cuma mahasiswa yang bisa diskusi). Yang satu mengatakan:
”Sepertinya jembatan itu tidak akan sanggup menanggung berat tubuh
kita”. Yang satu menanggapi: “Iya, kalau jembatan itu ambruk matilah
kita”. Belum selesai kedua kutu itu berdiskusi, mereka mendengar
suara keras kayu yang berderak-derak. Rupanya sang gajah
memutuskan untuk menyeberangi jembatan itu. Jembatan kayu itu
tergoncang-goncang diiringi suara derakan. Kedua ekor kutu itu
berpelukan dalam ketakutan mereka (seperti teletubies).
Akhirnya sampailah gajah itu di seberang dengan selamat, ah tentu
saja beserta dua ekor kutu di kepalanya. Begitu sampai di seberang,
berlompatanlah kedua ekor kutu itu sambil bersorak mereka berteriak
satu terhadap yang lain. Yang satu bilang: “Luar biasa kawan.
Bayangkan, kita berdua telah menggoncangkan jembatan itu”.
Temannya menyahut: “Kita memang hebat. Hampir saja kita
merobohkan jembatan itu”. Lalu keduanya melompat, high five, sambil
berteriak: “Kami MEMANG hebat!”
Kutu-kutu yang luar biasa. Maksudnya: “Luar biasa sombong”
Mereka pikir merekalah yang menggoncangkan jembatan itu,
merekalah yang hampir merobohkan jembatan itu. Bukankah tidak
sedikit orang yang dikuasi oleh dosa kesombongan? Sombong,
congkak, pongah membuat orang takabur. Orang yang takabur
cenderung memandang rendah orang lain. Merasa diri serba paling.
Paling hebat, paling benar, paling berkuasa, paling ditakuti, dan yang
sebagainya, sehingga bahkan hukum pun dipandang sebelah mata.
God’s Little Pencil 53

