Page 32 - Modul Untuk Siswa
P. 32
3. Cara Reproduksi Nematoda
Nematoda bereproduksi secara seksual. Pada umumnya diesis
atau gonokori, yaitu pada organ kelamin jantan dan betina terdapat
individu berbeda. Fertilasasi terjadi secara internal di dalam tubuh
cacing betina. Pada telur yang sudah dibuahi memiliki cangkang yang
tebal dan keras. Permukaan cangkang memiliki yang spesifik
sehingga sering digunakan untuk proses indetifikasi jenis cacing yang
menginfeksi manusia melalui pengamatan telur cacing pad tinja. Telur
menetes menjadi larva yang berbentu mirip dengan induknya. Larva
mengalami molting atau pergantian kulit hingga empat kali. Pada
cacing dewasa tidak mengalami pergantian kulit, tetapi tubuhnya
tubuh membesar.
4. Klasifikasi Nematoda
a. Adenophorea
Pada anggota adenophorea tidak memiliki phasmid (organ
kemoresptor) sehigga disebut dengan aphasmida. Adenophorea
yang hidup bebas, namun ada bebrapa yang menjadi parasit pada
berbagai hewan, contohnya Trichuris ovis yang menjadi parasit
pada domba. Cacing Trichinella spiralis menjadi parasit diusus
karnivor dan manusia. Cacing ini dapat menyebabkan penyakit
trikinosis. Pada saat setelah dewasa kawin, cacing jantan akan
mati, sedangkan cacing betina menghasilkan larva. Larva
memasuki sel-sel mukosa dinding usus kemudian mengikuti
peredaran darah hingga otot. Didalam otot lurik larva akan
membentuk sista.
Gambar 2.12 Adenophorea
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Adenophorea
b. Secernentea
Secernentea disebut juga phasmida, karena merupakan
anggota spesies yang memiliki phasmida. Banyaknya anggota
kelas ini hidup dalam tubuh di vertebrata, serangga dan tumbuhan.
Beberapa contoh speises dari secernentea: