Page 11 - BUNGA-23833029-PPA
P. 11
7
Konsep masyarakat majemuk (plural society) di kemukakan oleh
Furnivall (1948) yang mengatakan “bahwa ciri utama masyarakatnya adalah
berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi
terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik.
Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial. Masyarakat
Hindia Belanda waktu itu dalam pengelompokkan komunitasnya didasarkan
atas ras,etnik,ekonomi,dan agama.”
Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk disuatu kota
berdasarkan dua hal,yaitu “pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
a. Secara Horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1) Etnik dan rasa tau asal usul keturunan.
2) Bahasa daerah
3) Adat istiadat atau perilaku
4) Agama
5) Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.
b. Secara Vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1) Penghasilan atau ekonomi
2) Pendidikan
3) Pemukiman
4) Pekerjaan
5) Kedudukan sosial politik.”
Persamaan kedudukan atau tingkatan manusia ini berimplikasi
pada adanya pengakuan akan kesetaraan atau kesederajatan
manusia.Kesederajatan adalah suatu sikap sebagai mengakui
persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban,
sebagai sesama, manusia. Implikasi selanjutnya adalah perlunya
jaminan akan hk-hak setiap manusia bisa meralisasikan serta
perlunya merumuskan sejumlah kewajiban-kewajiban agar semua
bisa melaksanakan terciptanya ketertiban dalam kehidupan.