Page 13 - BUNGA-23833029-PPA
P. 13

9







                               maupun tenaga pendidik laki-laki dan perempuan di mata kami adalah setara

                               dan memiliki hak yang sama dalam memperoleh akses pendidikan” tegas
                               (Direktur  Sekolah  Dasar,  Dra.  Sri  Wahyuningsih,  M.Pd  pada  webunar

                               Kesetaraan Pendidikan untuk Anak Perempuan, Senin, 3 Mei 2021.)

                                      Sri  Wahyuningsih  mengatakan,  “agar  terjadi  perluasan  akses
                               pendidikan bermutu bagi peserta didik yang berkeadilan dan inklusif sesuai

                               dengan  Renstra  Kemendikbud  tahun  2020-2024,  maka  telah  dirancang
                               strategi dan program yang terarah dan berorientasi pada pendidikan yang

                               merata.”

                                       “Dengan  program  ini  semua  anak  Indonesia  berhak  atas  akses
                               pendidikan.  Contoh  yang  lebih  spesifik  ditunjukkan  dalam  kebijakan

                               Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), tidak ada ketentuan rasio jumlah
                               murid laki-laki maupun perempuan yang dibatasi,” jelasnya.


                                      Sabates, et al. (2011: 1) menyatakan bahwa “policies to improve

                               school progression and reduce the numbers of children dropping out of
                               school are critical if Universal Primary Education (UPE) is to be

                               achieved”.
                                      Mudjito AK, (2008: 5) menyatakan bahwa “masih banyaknya

                               siswa SD mengalami putus sekolah disebabkan oleh beberapa faktor,
                               antara lain: (1) rendahnya kemampuan ekonomi termasuk eksploitasi

                               tenaga anak sebagai pekerja anak oleh orang tuanya demi membantu

                               mencari nafkah keluarga; (2) rendahnya pemahaman tentang pentingnya
                               pendidikan dan kurangnya dukungan motivasi dari keluarga”.

                                      Mencermati apa yang diungkapkan oleh Mudjito AK memberikan

                               gambaran bahwa kondisi keluarga sangat mempengaruhi keberlanjutan
                               sekolah anak, salah satunya adalah kondisi perekonomian keluarga. Hal

                               senada juga diungkapkan oleh Muhammad Saroni (2011: 148) bahwa,
                               “tingkat perekonomian keluarga pada kenyataannya merupakan salah satu

                               aspek penghambat kesempatan proses pendidikan dan pembelajaran.
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18