Page 64 - layout terbaru fiks.3 - PDF
P. 64
Misteri dibalik Cermin Ukir
Sarah, nama yang diberikan oleh kakekku. Aku tinggal di daerah Jawa Timur bersama
ibu dan kakek, ayahku meninggal sejak aku masih di kandungan. Keluargaku terlahir dengan
beberapa macam kemampuan, terutama dalam hal mistis. Ibuku memiliki kemampuan
mencium bau makhluk gaib, ia bisa membedakan bau itu dengan sangat mudah. Berbeda
dengan ibuku, aku hanya bisa merasakan kehadiran makhluk gaib. Kakekku mampu melihat
makhluk gaib, namun seiring bertambahnya usia kemampuan itu semakin pudar. Tidak hanya
itu kakek juga memiliki kekuatan yang tidak semua orang tahu dan kekuatan itu pertama kali
kakek dapatkan ketika remaja hingga sekarang, biasa digunakan melawan makhluk ghaib serta
firasat-firasat yang tidak semua orang bisa.
Suatu hari, tetangga sebelah rumahku berpamitan karena akan pindah ke luar kota dan
memberikan kenang-kenangan untuk kakekku yaitu cermin yang sangat indah dihiasi dengan
bingkai ukiran kayu. Kakek sangat menyukai cermin itu hingga aku melihat kakek bercermin
hampir setiap saat. Tetapi, ibu selalu mencium bau makhluk gaib disekitar cermin dan aku pun
merasakan hal yang sama. Setelah aku mencoba membicarakan dengan kakek, kakek tidak
percaya dan tetap ingin mempertahankan cermin itu.
Dalam malam, aku seringkali bermimpi sosok perempuan yang tidak tahu entah siapa
dan darimana asalnya, ibu semakin khawatir dan takut terjadi hal yang tidak diinginkan dari
cermin itu. Pulang sekolah, aku terkejut saat melihat kakekku yang tertidur lemas dikasur.
“Astaghfirullah ibu, apa yang terjadi dengan kakek?” tanyaku pada ibu dengan kebingungan.
“kakekmu tadi pagi terjatuh di depan rumah saat menyirami tanaman” jawab ibu dengan
menenangkanku.
Kakek tidak bisa berjalan normal dan harus dituntun, saat aku bertanya pada kakek penyebab
kejadian itu, ia hanya dapat menjawab dengan kebingungan padahal kakek juga yakin ia hanya
berjalan biasa tidak ada batu atau apapun yang menghalangi jalannya. Aku dan ibu semakin
yakin jika kejadian ini ada hubungannya dengan cermin itu, malam hari tiba aku dan ibu diam-
diam membuang cermin itu dan membakarnya. Namun, keesokan harinya aku terkejut karena
cermin itu kembali lagi ke tempat dimana kakek memasangnya.
64