Page 88 - KOTA DEKAT LAUT BY LIL_S
P. 88

Entahlah, kenapa lagi- lagi. Harus ada sebuah kesamaan di antara kita.

                      Apakah,  itu  hanyalah  sebuah  kebetulan  semata  atau  justru  yang

                      lainnya ?


                              Pembicaraan kami masih berlanjut. Seperti larut dalam air yang

                      kian dalam. Kami, juga bercerita perihal kejadian yang menurut kami

                      sangat  lucu  dan  berkesan.  Iya,  pada  saat  peristiwa  aku  melempar

                      sandal  ke  arah  Esok waktu berjumpa lagi dengannya, dengan taraf

                      waktu  yang  cukup  lama.  Kami  tertawa  terbahak-bahak,  saling

                      melempar emoji senyum lebar. Percakapan yang seru di malam yang

                      dingin. “Masa remaja saat itu. Kita sangat lucu sekali ya, Esok”.



                              “Sungguh Lail, terutama kamu. Kenapa, waktu itu nglempar

                      aku sandal. Agak terkejut, tapi nggak papa. Kamu sangat lucu waktu

                      itu,” jelasnya. Aku tersipu malu. Kebahagiaan yang dulunya pernah

                      kami  rasakan  bersama  itu,  cukup  membawa  arus  bahagia  kepada

                      kami. Tetapi, lagi-lagi tak pernah ada yang tahu, terkait kehidupan di

                      masa depan. Meskipun, masing-masing dari kami. Seperti memiliki

                      sebuah  ikatan  batin  yang  begitu  kuat.  Memiliki  hobi  yang  sama,

                      kesukaan yang sama. Belum memastikan kami, untuk tetap bersama.

                      Semua, kembali lagi terhadap takdir yang membawa kami.


                              Kali  ini,  obrolan  kami.  Berjalan  cukup  lama,  serta  panjang.


                      Seperti tidak ada jeda. Hampir setiap malam, kami luangkan waktu

                      untuk berkabar. Esok dan aku, saling melayangkan pendapat masing-

                      masing.  Juga,  memberikan  dukungan  satu  sama  lain.  Tidak  lupa,

                      seperti yang  dulunya  kami  lakukan.  Dengan  penuh  effort,  aku dan

                      Esok, saling mengirimkan sebuah puisi. Begitu lucu bukan.






                                                           83
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93