Page 115 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 115
101
Di antara BMI blogger yang masih tetap konsisten menulis
meski sudah pulang kampung, saya perlu menyebut nama
Fera Nuraini. Jejak mantan BMI dari Ponorogo ini masih bisa
ditelusuri sampai pada kisah-kisahnya setelah kembali ke tanah
air. Saya akan mengulas sekilas tentang kiprah Fera di dunia
maya selama dia bekerja di Hong Kong.
Bila Rie rie dan Yani tidak secara eksplisit mengemukakan
niat mereka untuk mendekonstruksi stereotip negatif BMI,
ROSDA
Fera Nuraini justru tegas menyatakan bahwa ia menulis untuk
tujuan itu. Sebagaimana Rie rie dan Yani, Fera adalah BMI
yang aktif menulis di blog, dengan tautan http://feranuraini.
com. Sub-judul blognya amat tegas, “Melawan Penilaian Bodoh
Terhadap Buruh Migran dengan Menulis.’ Untuk tujuan ini, Fera
lebih banyak menulis tentang isu-isu perburuhan. Berbagai
tulisan di blog Fera menunjukkan fungsi blog sebagai salah satu
bentuk perlawanan melalui jejaring di dunia maya (Langman
2005). Fera menyatakan keinginannya untuk mewakili suara
para BMI dengan menyatakan: “Saya menulis tentang kaum
perempuan yang menjadi buruh migran di luar negeri juga
sebagai bentuk perlawanan atas penilaian bodoh yang selama
ini disematkan kepada kami (2014).”
Persepsi Fera tentang literasi sedikit banyak membentuk
keinginannya untuk menjadi bagian dari perubahan citra BMI
melalui menulis. Dia katakan dalam salah satu tulisan yang dia
hasilkan sebagai salah satu rangkaian menjadi finalis lomba
Srikandi Blogger 2014: “Berawal dari ‘tidak ingin menjadi
pembaca terus menerus’ saya beranikan diri untuk menulis.”
Bagi Fera, BMI perlu mengambil peran aktif dalam berbagi
informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi BMI.