Page 205 - Kelas X Seni Budaya BS Sem 1 press
P. 205
Pesona atau daya tarik (keindahan) di dalam sastra, setidaknya dapat
dipahami melalui : bentuk, isi, ekspresi, dan bahasa ungkap seorang sastrawan
dengan persyaratan unsur-unsur di dalamnya, yaitu adanya; Alur, tema, tokoh,
karakter, setting, dan sudut pandang pengarang. Unsur-unsur tersebut,
hendaknya mengandung muatan;
(1) Keutuhan (unity),; artinya setiap bagian atau unsur yang ada menunjang
kepada usaha pengungkapan isi hati sastrawan. Dengan kata lain tidak adanya
unsur kebetulan, semuanya direncanakan dan dipertimbangkan secara
seksama.
(2) Keselarasan (harmony), artinya berkenaan dengan hubungan satu
unsur dengan unsur lain, harus saling menunjang dan mengisi bukan
mengganggu atau mengaburkan unsur yang lain.
(3) Keseimbangan (balance), ialah bahwa unsur-unsur atau bagian-bagian
karya sastra, baik dalam ukuran maupun bobotnya harus sesuai atau seimbang
dengan fungsinya. Sebagai contoh, adegan yang kurang penting dalam naskah
drama akan lebih pendek daripada adegan yang penting. Demikian juga halnya
di dalam puisi bahwa yang dianggap penting akan terjadi pengulangan kata
atau kalimat dalam baris lain.
(4) Fokus atau pusat penekanan sesuatu unsur (right emphasis), artinya
unsur atau bagian yang dianggap penting harus mendapat penekanan yang
lebih daripada unsur atau bagian yang kurang penting. Unsur yang dianggap
penting akan dikerjakan sastrawan lebih seksama, sedang yang kurang penting
mungkin hanya garis besar dan bersifat skematik saja.
Unsur bahasa merupakan faktor penting dalam berkomunikasi antara
pemeran dan penonton, terutama dalam menyampaikan isi pesan yang
dilontarkan melalui para pemerannya. Maksud bahasa di sini adalah bahasa
secara penyampaian verbal. Hal ini untuk membedakan dengan bahasa gerak,
tari atau pun mime.
Dengan alasan ciri dari teater rakyat, termasuk di dalamnya yang bersifat
spontan, maka dalam membawakan lawakan maupun dalam lakon cerita
dikatakan Soemardjo, (2004:19) yakni nilai dan laku dramatik dilakukan
secara spontanitas.
Hal ini, jelas dalam menyikapi laku dramatik yang dibangun secara
spontanitas para pemainnya sebagaimana dijelaskan Sembung, (1992:32)
bahwa lakon teater rakyat, Topeng Banjet yang ada di Kabupaten Karawang,
Jawa Barat. Biasanya menggunakan lakon yang telah dipakai dan kadangkala
diulang-ulang dan sangat dikenal oleh pemain dan masyarakat setempat
sehingga kerja penyiapan materi seninya tidak terlalu bergantung pada latihan
khusus.
Seni Budaya 197