Page 300 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 300
usah payah-payah mencarimu lagi”. Demikianlah Sang Kangsa berkata dengan
sangat senangnya sambil tertawa terbahak-bahak. Namun tidak sedikitpun Sri
Narayana dan Sang Kakarsana gentar mendengarkan kata-kata Sang Kangsa
karena memang sudah bulat hatinya untuk melawan. Kemudian balik meraka
berkata :
“Hai manusia jahat. Rupanya engkau pandai memutar balikan fakta. Aku,
kau katakan penjahat cilik, apakah itu tidak sebaliknya? Bukankah engkau
penjahat besar yang telah mengganggu dan merusak tatanan masyarakat?
Bukankah engkau adalah pengganggu ketentraman masyarakat? Engkaulah
semua itu. Jadi bukan aku. Karena itu, sudah sepantasnya engkau dilenyapkan
dari muka bumi ini. Kedatangan ku kemari adalah untuk itu, bukanlah untuk
mengantarkan nyawa sebagai katamu itu. Nah bersiaplah untuk mati”.
Demikianlah kata-kata Sri Narayana.
Sang Kangsa yang sangat kegirangan melihat kehadiran Sang Sri Narayana dan
Sang Kakarsana mendadak menjadi merah padam mukanya bagaikan ditampar
mendengar kata-kata pedas Sri Narayana. Timbulah kemarahannya yang luar
biasa. Dan berkata : “Hai anak-anak kemarin sore, berani engkau berkata
sombong dihadapanku. Mustahil engkau dapat mengalahkan kesaktianku.
Lihatlah berapa banyak para raja telah dapat aku taklukkan, apalagi engkau
yang baru kemarin sore, belum apa-apa bagiku, tanganku sebelah saja dapat
memecahkan kepalamu”.
“Hai perusak ketentraman masyarakat, mungkin dihadapan raja-raja yang
telah kau taklukan, kau dapat berkata sombong. Akan tetapi dihadapanku
engkau tidak boleh berkata begitu. Nah bersiaplah untuk mati”.
Setelah berkata demikian, Sang Baladeva dan Sri Narayana bersiap
dengan senjatanya masing-masing. Sedangkan Sang Kangsa yang hatinya
sedang terbakar oleh kemarahannya karena merasa dihina oleh orang
yang masih terlalu muda, dengan sangat bernafsu ingin membunuh Sang
BalaDeva dengan Sri Narayana. Hal ini juga didorong karena andal dengan
kesaktiannya sehingga meremehkan musuh yang sedang dihadapinya. Sang
Kangsa segera maju hendak meraih tangan Sri Narayana, namun dengan
tangkasnya Sang Kakarsana mengayunkan senjata pegangannya ke dada
Sang Kangsa. Bersamaan dengan itu Sri Narayana yang telah bersiap-siap
kemudian melepaskan senjatanya. Masing-masing senjatanya tepat mengenai
dada Sang Kangsa, sehingga dadanya berlubang dua dan mati dengan tidak
sempat berkata apa-apa. Demikianlah Sang Kangsa terbunuh, karena terlalu
menyombongkan diri akan kesaktiannya, tidak beradab dan selalu menyakiti
sesamanya. Karena keangkuhannya maka kesaktiannya lenyap begitu saja.
Hal ini pertanda bahwa Sang Hyang Widhi tidak berkenan bila diantara
290 Kelas XII SMA/SMK