Page 298 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 298
henti-hentinya mereka mengejar para raja bangsa Boja. Kemanapun mereka
melarikan diri, yang berhasil mereka tangkap dianiaya dengan keji.
Karena tingkah laku Sang Kangsa seperti itu, sudah tentu menimbulkan
ketakutan sekalian para raja, para kesatriya dan bangsa Boja. Lebih-lebih lagi
para kawula kecil, ketakutan itu senantiasa mencekam hatinya. Tempat tinggal
mereka bukan lagi merupakan tempat yang aman, tetapi sudah merupakan
neraka sebagai tempat penyiksaan manusia yang dilakukan oleh tentara
raksasa yang bengis. Oleh karena daerah tempat tinggal mereka bukan lagi
merupakan tempat tinggal yang nyaman, lalu selanjutnya mereka melarikan
diri entah kemana, tidak tentu arah dan tujuannya. Kemana kaki melangkah,
kesanalah menuju, yang penting dapat meloloskan diri dari neraka siksaan
prajurit raksasa. Itulah yang terlintas dalam benak dan pikirannya.
Diantara orang-orang yang melarikan diri ada yang menceburkan diri ke
laut karena ia lebih suka mati seperti itu dari pada mati dalam penganiayaan
Sang Kangsa berikut pengikut-pengikutnya yang bengis itu. Selain itu ada
pula yang menceburkan diri ke dalam jurang yang kemudian mereka jatuh
dan mati dengan keadaan badan hancur berkeping-keping. Lain lagi ada
yang melarikan diri ke dalam hutan kemudian bersembunyi di dalam gua-
gua untuk menyelamatkan dirinya, akan tetapi akhirnya ia mati juga diterkam
dan dimangsa oleh binatang buas. Alangkah sengsaranya seluruh bangsa Boja
pada waktu itu oleh perbuatan bengis Sang Kangsa dan pengikut-pengikutnya.
Sementara huru-hara itu terus berlangsung karena Sang Kangsa dan pengikut-
pengikutnya terus mengadakan pengejaran terhadap raja-raja bangsa Yadawa
yang terus melarikan diri. Akhirnya banyak raja bangsa Boja berikut
keluarganya datang ke Negeri Dwaraka (Dwarati) meminta perlindungan
kepa Sri Narayana.
Sri Narayana terkejut karena kedatangan pengungsi raja bangsa Boja berikut
keluarganya, kemudian menyapanya. “Wahai tuan-tuan raja dan kesatria
bangsa Boja, kenapa gerangan datang berduyun-duyun kemari dengan disertai
keluarga? Apakah yang telah terjadi atas negeri tuan ?” Demikianlah Sri
Narayana menyapanya.
“Ampun tuanku, Sri Narayana. Tuanku adalah perwujudan Wisnu di jagatraya
ini. Tuanku adalah pelindung jagatraya ini dari segala kehancurannya. Tuanku
juga pengayom kawula kecil yang lemah. Oh, tuanku yang maha kasih, tuanku
adalah penyayang segala yang ada ini. Hamba sekalian datang untuk memohon
belas kasihan tuanku yang mulia. Sudilah kiranya paduka tuanku melindungi
kami dan bangsa kami dari kehancuran. Saat ini bangsa kami diserang oleh
Sang Kangsa yang biadab itu”.
288 Kelas XII SMA/SMK