Page 76 - Hari Pertama Ben & Cerita Pendek Lainnya
P. 76
Aku melihat deretan foto yang menempel di dinding
dekat meja kecil itu, ada wajah anak-anak kecil berdiri
berkelompok, dengan tawa bahagia, memperlihatkan
berbagai kegiatan, belajar bersama di pondok sederhana
yang menjadi ruangan kelas kami, aneka warna pakaian
yang mereka kenakan karena mahal dan sulitnya
mendapatkan seragam sekolah di daerah ini, kami yang
sama-sama berbaring dan tersenyum di hamparan
padang rumput, memandang ke langit. Aku belum siap
kehilangan momen berharga ini. Mereka masih
membutuhkanku, setidaknya sampai guru pengganti
selanjutnya datang.
“Kamu baik-baik di sana ya, nak, rajin kabari ibu,” kata
ibu di telepon.
“Iya, bu, pastinya. Aku rindu ibu dan semua di sana,”
jawabku.
“Ibu juga rindu, nak. Ya sudah, kamu istirahat dulu.
Jangan lupa makan. Assalamualaikum,” jawab ibu sambil
mengakhiri teleponnya.
“Walaikumsalam,” jawabku yang seketika menangis
tersedu-sedu.
Aku tidak menyesali apa yang aku lakukan, menjadi
relawan guru di daerah terpencil ini. Bukan hiruk pikuk
kota yang kurindukan. Bukan indahnya rasa syukur
berbagi bersama anak-anak di sini yang sedang aku
abaikan. Aku rindu dengan ibu dan orang-orang di
73