Page 75 - Hari Pertama Ben & Cerita Pendek Lainnya
P. 75
Sedikit Lebih Lama
“Nak, kamu kapan pulang?” kata ibu di telepon.
Aku diam sejenak, menatap ke sekelilingku. Aku berdiri
tepat di tengah, di kamar kecil dengan tirai anyaman
bambu, sebuah ranjang dari kayu dan tikar rotan
sederhana, tas koporku tergeletak di sampingnya, lalu
meja kecil dengan deretan foto tertempel di dinding yang
melekat rapat ke meja itu.
“Bu, sepertinya aku masih harus di sini sementara
waktu,” jawabku.
Nada suara ibu di telepon seperti mengeluh, sedih. Aku
mengerti betapa ia menginginkan aku segera pulang ke
rumah, menjadi anak perempuan satu-satunya di rumah
yang menemani ia di dapur, mengomentari masakannya,
dan dibanggakannya di antara dua orang kakak laki-
lakiku. Aku sendiri rindu dengan suaranya
membangunkanku kala imsak, berwudhu dan shalat
bersama seisi rumah. Aku rindu dengan nyamannya
rumah.
“Mereka masih membutuhkanmu, nak?” tanya ibu.
“Iya…Setidaknya sampai tahun ajaran baru, izinkan aku
di sini dulu ya, bu,” jawabku sambil mengusap air
mataku, berharap ia tidak mendengarnya.
72