Page 72 - Hari Pertama Ben & Cerita Pendek Lainnya
P. 72
“Karena kamu konyol, pura-pura sakit dan pintar
berkhayal,” jawabanku sontak membuatnya kesal,
melayangkan kepalan tinju di bahuku.
“Tapi kalau satu hari, tiba-tiba aku mati, gimana?”
pertanyaan Merry membuatku tertegun sejenak.
“Kalau aku yang mati duluan, gimana? Hidup dan mati
kan di tangan Tuhan. Bukan kita yang tentukan,”
jawabanku seketika menghapus gelisah di wajahnya.
Aku menghela napas panjang. Melanjutkan langkahku ke
parkiran rumah sakit, menyusuri deretan motor dan
mobil yang berbaris rapi. Suasana tampak lengang, hanya
beberapa orang sesekali lewat di dekatku, selarut ini,
biasanya jam besuk pasien sudah tidak diperbolehkan.
Aku masuk ke dalam mobil, menutup pintu dan
memutuskan diam sejenak. Kaca riben yang cukup gelap
mengelilingiku tidak akan membuatku dikenali atau
diperhatikan oleh siapapun yang berlalu lalang.
Entah apa yang membuatku seperti ini, marah, sedih,
senang, semua bercampur aduk. Aku menyandarkan
kepalaku ke roda setir mobil. Aku berusaha bernapas
dengan ritme satu-dua-satu-dua seperti perempuan
yang akan melahirkan. Tanpa sadar, air mataku mengalir
membasahi pipiku. Awalnya hanya tetesan kecil, hingga
ia mengalir deras, seperti keran air yang sengaja dibuka
dan menggenangi permukaan apapun di bawahnya.
Seperti itu rasa aneh yang berkecamuk di diriku.
69