Page 71 - Hari Pertama Ben & Cerita Pendek Lainnya
P. 71

“Karena ia sering tidak diperhatikan, lewat begitu saja.
               Tapi  ia  bisa  berkelana  sesuka  hati,  menyapa  pantai  di
               mana pun yang ia suka,” jawab Merry.

               “Romantis,  coy,”  responku  membuatnya  melotot  ke
               arahku.

               Kami saling tatap sejenak, lalu tergelak tawa.

               Waktu itu jahat, kataku dalam hati. Tidak pernah cukup
               untuk  kita,  Mer,  keluhku.  Aku  hanya  bisa  mencoba
               memaknai kebersamaan kita.

               “Yakin  ini  keputusan  yang  akan  kamu  ambil,  dok?”
               kenangku akan pertanyaan dari Yayu, salah satu perawat
               senior di rumah sakit tempatku bertugas.

               “Aku jatuh cinta sama dia, Yu. Hanya ini yang bisa aku
               lakukan,” jawabku saat itu.

               Merry, ia menderita kanker otak stadium akhir. Harapan
               hidupnya  sudah  tipis,  dan  ia  tetap  berkeras  menjalani
               sisa hidupnya dengan bebas seperti yang diinginkannya.
               Sahabatnya  Tenri  yang  seorang  hairstylist  ternama,
               datang  menghadiahkannya  wig  yang  indah  beberapa
               bulan  lalu.  Ia  terlihat  cantik  mengenakannya.
               Kepercayaan  dirinya  seolah  lahir  kembali,  menghapus
               setiap kerut di raut wajahnya.

               “Kenapa  kamu  tetap  mau  sama  aku?”  kenangku  akan
               pertanyaan Merry saat itu.



                                                                    68
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76