Page 100 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 100

Aku tahu, satu saat nanti aku akan keluar dari rumah ini
               dan bisa bebas melakukan apa saja yang aku mau.

               Sepanjang  makan  malam,  aku  harus  mendengarkan
               cerita bodoh si Winnie yang membanggakan prestasinya
               di supermarket, bagaimana ia menolong seorang wanita
               tua berbelanja dan membantu mengangkatkan kantong
               belanjaannya ke dalam taksi. Ayah dan ibu tiriku tampak
               selalu memuji dan mendukungnya. Mereka bahkan tidak
               peduli dengan nilai-nilaiku yang selalu bagus di sekolah.
               Aku ingat satu waktu, ibu tiriku berkata bahwa otak yang
               pintar  tidak  ada  artinya  jika  tidak  tahu  menghasilkan
               uang.

               Kebiasaan  konyol  lainnya  yang  dibuat  ibu  tiriku  di
               keluarga  ini  adalah  membuat  kami  semua  terpaksa
               berkumpul di ruang tamu setelah makan malam, duduk
               selama setengah jam menenangkan diri, hingga akhirnya
               memaksa kami minum teh! Ya, semua orang Inggris jelas
               suka  dengan  teh,  tapi  meminumnya  sebagai  relaksasi
               sebelum tidur? Biasanya orang kan minum teh justru di
               sore hari, sebagai jeda antara makan siang dan makan
               malam, atau dengan kata lain, sebagai pelepas stress dan
               rileksasi sepulang bekerja (bagi orang dewasa).

               “Malam ini giliranmu membuat teh, Graham,” kata ibu
               tiriku.

               Dengan malas, aku meletakkan buku cerita kesukaanku,
               Moby  Dick  karya  Herman  Melville  di  atas  karpet,  dan
               beranjak menuju ke dapur.




                                                                    97
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105