Page 7 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 7
Pasti dia akan kembali dan mengambil kacamatanya. Aku
duduk di karpet dekat sofa dan mengamati kacamata itu
dengan seksama. Dia sangat tergantung dengan benda
ini. Tatapanku beralih ke jam dinding, suara detak
jarumnya tiba-tiba terdengar begitu kencang. Entah
kenapa aku mencemaskan Abigail. Aku mengeluarkan
telepon genggamku dari saku celanaku, menghubungi
nomornya. Hanya terdengar nada sambung, tidak juga
segera dijawabnya.
Sepuluh menit telah berlalu. Ah! Brengsek! Dia berhasil
membuatku terpaksa keluar dari tempat ini, demi
kacamatanya!
Dengan malas aku melangkahkan kakiku keluar dari
apartemen, menuruni anak tangga dari lantai tiga ke
lantai pertama dengan perasaan kesal. Apakah kamu
baik-baik saja, Abigail? Aku mempercepat langkah
kakiku.
“Nah, akhirnya kamu keluar juga, kan? Terima kasih
sudah mencemaskanku,” perkataan Abigail membuatku
terkejut ketika sampai di depan gedung apartemen.
Dia telah menungguku, lengkap dengan sepeda
kesayangannya.
“Harusnya tadi aku biarin saja kamu kebingungan tanpa
kacamatamu,” kataku sambil menyerahkan kacamata ke
tangannya.
4