Page 12 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 12
Kopi dan Teh
“Mas, seperti biasa ya,” kata Nanda kepada pelayan café
ini begitu menghampiri meja kami.
“Dua iced cappuccino, sedikit susu dan sedikit lebih
banyak espresso,” jawab sang pelayan yang menghapal
persis minuman kesukaan Nanda.
Nanda mengangguk dan si pelayan segera pergi
melanjutkan orderan ke meja barista. Nanda kembali
menatapku sambil tersenyum. Jaket kulit hitam yang
masih dikenakannya tampak serasi dengan kemeja
kotak-kotak biru dongker bercampur putih pemberianku
dulu saat ia ulang tahun. Nanda merapatkan rangkulan
tangannya di bahuku.
“Ih, apaan, sok romantis,” kataku.
“Masa sayang-sayangan sama pacar sendiri gak boleh,”
balas Nanda dengan manja.
“Ini pasti lagi ada maunya, deh, ayo, bilang, apa?” kataku.
“Eh, cowok gila,” celoteh Leo yang tiba-tiba duduk di
kursi di depan kami.
“Takut gimana? Nanda yang penampilan preman ala
Dilan gini dibilang takut?” jawabanku disambut gelak
tawa oleh Nanda.
9