Page 15 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 15
merapat, mencium bibirku. Leo tertegun melihat kami, ia
tidak tahu harus berkata apa.
“Ehemmm…kita tidak ketemuan di sini untuk melihat
pemandangan konyol kayak gini,” celoteh Leo yang
membuat kami semua sama-sama tergelak tawa.
“Makanya cari pacar,” ejek Nanda.
“Nanti, kalau aku sudah kaya, biar gak susah nyari, tapi
malah diantriin yang ingin dikawinin, asoy,” komentar
Leo lagi-lagi memecah tawa kami.
Pelayan café datang meletakkan pesanan minuman kami
di atas meja. Sambil mengucap terima kasih, Nanda dan
Leo segera menenggak minuman pesanan mereka.
“Sampai berapa lama kamu akan seperti ini, Nanda?”
tanya Leo dengan wajah mendekat ke Nanda, seolah
berbisik.
“Apa maksudmu?” reaksi Nanda dengan keheranan.
Raut muka Leo terlihat serius, ia menundukkan
kepalanya sejenak, menghela napas, sebelum
memutuskan untuk melanjutkan perkataannya.
“Kamu tahu gak, sih, kalau Gita gak pernah suka minum
kopi? Dia itu sukanya teh,” kata Leo.
“Iya, aku sebenarnya sangat membenci kopi, rasanya
aneh, tidak bersahabat di lambungku,” komentarku
spontan.
12