Page 18 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 18

“Dia  itu  adikku,  bro,  ingat?  Kami  sempat  besar  sama-
               sama. Sampai di bangku SMA, sebelum orang tua kami
               bercerai dan aku ikut ayah ke Australia, hingga ketemu
               kamu di kampus yang sama, dan tahu-tahu kalian malah
               jadian setelah kenal beberapa saat pas sama-sama balik
               Indonesia.  Hidup  ini  lucu,  kan,  bro?”  kata-kata  Leo
               dibalas Nanda dengan anggukan.

               “Apa teh kesukaannya, Leo?” tanya Nanda.

               “Teh  seduh,  sayang,  tapi  itu  tidak  penting,”  jawabku
               sambil menepuk lengannya.

               “Dia paling suka daun teh yang diseduh, katanya rasanya
               berbeda,” jawab Leo.

               “Aku  sebenarnya  merhatiin  lho  kalau  dia  tidak  pernah
               meminum kopinya di manapun kami pergi dan kebetulan
               sama-sama  memesan  kopi.  Aku  rasa  dia  tetap  diam
               karena    ingin   aku    berpikir   bahwa    terkadang,
               menyenangkan orang lain itu cukup dengan perbuatan,
               bukan sekedar kata-kata manis,” kata Nanda.

               “Bukan, sayang, bukan menyenangkan sembarang orang,
               tapi  membuat  kamu  tetap  dengan  energi  positifmu,”
               kataku.

               “Terus terang selalu lebih baik, bro, daripada berpura-
               pura  seperti  itu.  Aku  tahu  tapi  aku  tidak  mau  bilang,
               karena Gita percaya, semua yang seirama dengan kamu
               akan  membuatmu  bahagia.  Ia  jadi  tidak  memikirkan


                                                                    15
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23