Page 23 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 23
Ketika aku kembali melihat ke depan, Dina sudah lenyap!
“Na! Kamu di mana?” teriakku dengan panik.
Tidak ada balasan, hanya suaraku yang menggema di
jalanan sunyi.
“Dina! Jangan bermain petak umpet di sini, dek. Plis! Ayo
cepat keluar!” teriakku lagi.
Dengan gusar aku mengamati setiap ruangan gedung
yang kulewati, melewati deretan kaca etalase toko yang
pecah, pintu-pintu yang rusak, terbuka, rumah maupun
kantor yang terabaikan. Tidak terlihat ada jejak Dina di
situ. Aku memberanikan diri masuk ke beberapa
ruangan, sambil memegang tongkat besiku di posisi
waspada. Aku memeriksa setiap pintu lemari kecil, celah
apa pun yang memungkinkan Dina bersembunyi dengan
tubuh mungilnya, entah di mana.
“Dina! Dina!” teriakku lagi.
Bunyi bip mengagetkanku. Indikator oksigen dari masker
yang kukenakan menunjukkan angka 30, waktuku tidak
banyak.
Aku keluar ke tengah jalan, memejamkan mata dan
mencoba memahami keheningan di sekitarku. Aku
berharap mendengarkan sesuatu, petunjuk suara dari
Dina. Tidak ada. Hanya suara desir angin dan entah apa.
Ia lenyap entah ke mana.
20