Page 19 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 19

dirinya lagi, karena ia ingin yang terbaik buat kamu. Tapi
               hidup seharusnya tidak seperti itu, bro. Kopi ya kopi, dan
               teh  ya  teh.  Keduanya  unik  dengan  caranya  masing-
               masing.  Kurasa  itu  juga  yang  membuat  ia  depresi  dan
               lalu, nekat bunuh diri,” perkataan Leo terhenti seketika.

               Aku  mengangkat  kedua  pergelangan  tanganku  di
               hadapanku.  Bekas  luka  sayatan  yang  menganga  masih
               terlihat disitu. Betapa bodohnya aku. Air mata menetes
               dari wajahku. Sudah terlambat. Semuanya sudah terjadi.

               “Hari  ini,  genap  dua  tahun  Gita  pergi,  Leo.  Aku  masih
               belum  bisa  ikhlas,  rasanya  dia  masih  ada  di  sini  dan
               menemaniku.  Andai  saja  semua  begitu  mudah,  Leo,
               memisahkan  logika  dan  perasaanku,  dan  semua
               kenangan tentang Gita. Andai saja…” perkataan Nanda
               disambut dengan tepukan di bahunya, oleh Leo.

               “Maafkan  aku,  sayang,”  kataku  sambil  bangkit  berdiri
               menatapnya, Nanda yang kucintai.

               Aku  memutuskan  melangkah  pergi,  meninggalkan  café
               itu,  meninggalkan  dua  pria  yang  berarti  di  hidupku,
               karena  aku  tahu,  perjalananku  baru  saja  dimulai.  Aku
               harus menemukan tujuanku ada di sini, hingga satu saat,
               semoga saja, aku bisa bertemu kamu lagi, Nanda, dengan
               cinta yang tulus dan jujur. Selamat jalan, kekasihku.






                                                                    16
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24