Page 129 - test yy
P. 129
122 “Mewujudkan Kemandirian Indonesia Melalui Inovasi Dunia Pendidikan”
komunitas, masyarakat dan bangsa (Prawet Wasi, 1993).
Pengajaran dengan metode pembelajaran yang benar untuk
menyajikan bahan ajar menggunakan pemikiran Indonesia,
kearifan lokal, dan multikulturalisme penting dalam suatu
pembelajaran. Ini adalah langkah penting yang harus diambil
karena globalisasi telah berlangsung cepat di bidang pendidikan,
sains, dan teknologi. Artikel ini melaporkan bagaimana
pembelajaran dalam pendidikan tinggi di Indonesia yang
mengadopsi kearifan lokal untuk menumbuhkan rasa
nasionalisme dan menjaga indentitas nasional pada mahapeserta
didik.
Dalam praktiknya, penyelenggaraan pendidikan telah
mengalami degradasi yang cukup mengkawatirkan dan nilai-nilai
kearifan lokal telah tergerus oleh arus pendidikan global. Kondisi
seperti ini berakibat menipisnya tatakrama, etika, dan kreativitas
anak bangsa. Dunia pendidikan dianggap tidak mampu
melahirkan lulusan yang berkualitas, yakni manusia Indonesia
seutuhnya sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional. Merosotnya nilai-nilai
moralitas dalam tata kehidupan kolektif sebagai bangsa juga
disebabkan karena mengendornya pemahaman dan implementasi
nilai-nilai luhur Pancasila. Padahal kesadaran kolektif seperti itu
merupakan modal dasar dan modal sosial serta merupakan
character and nation building guna memperkokoh integrasi
bangsa.
Dalam paradigma budaya, pendidikan harus memasukkan
pluralisme dan multikulturalisme, sebagai kekayaan dan identitas
nasional. Kebudayaan ini mesti dilestarikan sebagai artefak dan
diharapkan tidak sampai punah sebagai pembentuk identitas
nasional. Proses panjang pembentukan budaya Indonesia
merupakan warisan yang tumbuh dan berkembang di tengah-
tengah masyarakat Indonesia. Budaya yang tumbuh dan
berkembang itu berasal dari majemuknya agama, bahasa, suku,
tradisi dan beberapa nilai hidup. Hal ini rentan punah seiring