Page 151 - Toponim Magelang_Final
P. 151
138 Toponim Kota Magelang
mengikuti perayaan Sekaten. Bahkan, kinang dijual dalam perayaan agung itu. Zaman
berkembang cepat, tradisi kuno ini mulai dilupakan orang.
Dalam mitologi Jawa, aneka bahan kinang mengandung makna filosofis. Bahan ramuan
itu perlambang kehidupan manusia yang pahit, sepet, getir, getas, dan asin. Daun sirih
membungkus arti bertemunya rasa. Hal ini lambang rasa keingintahuan manusia yang
selalu muncul pada Tuhan. Arti lainnya, tempat bergantungnya hati. Bunga kantil
bermakna ingin selalu bersama Tuhan. Orang mengunyah kinang dengan menyanding
bunga kantil diharapkan dapat selalu ingat pada Tuhan, agar baik tindak tanduknya.
Di Magelang, kampung yang masih memakai unsur gaten ialah Malanggaten yang
masuk Kalurahan Rejowinangun. Penduduk setempat mempercayai lokasi ini dulu
merupakan tempat tinggal Kyai Malanggaten yang tak banyak diketahui asal-usulnya.
Namun jika dicermati “Malanggaten” terdiri dari dua kata, yaitu kata “malang” yang
berarti melintang, dan “gaten” adalah tumbuhan sirih.
Analisis historisnya ialah daerah ini di masa silam terdapat gaten yang melintang,
sehingga mencuri perhatian warga dan merawatnya dalam ingatan kolektif. Disebutkan
pula di Magelang terdapat Kampung Malangan. Tafsir sejarahnya, lokasi ini tempo
lalu terdapat sesuatu yang malang atau melintang. Dalam pemikiran masyarakat yang
sederhana, kondisi malang berarti bukan kondisi normal, atau berpotensi menghambat
orang yang berlalu lalang melewati daerah itu. Sumber: https://www.google.com/maps
Lokasi Kampung
Malanggaten